asrar bumantara —

bagian keenam
baskara dunia telah menampakkan diri, cahayanya menusuk ke pranaja muda yang tadi asik dengan alam mimpinya. pemandangan pagi yang asing, aku baru menyadari bahwa kemarin malam kuhabiskan di kediaman sahabatku.
"lo udah bangun? mama gue beliin bubur"
suara tak asing memasuki indra pendengaranku, ku alihkan fokusku ke makanan yang ada di meja kamar. aku berdecih pelan
"lo pikir gue bayi? makanan apaan ini cok"
"badan lo panas. gak usah banyak gaya, gue mau siap siap sekolah"
"saka, gue mau cerita sesuatu"
saka mengangguk dan mendudukkan diri di sebelahku, ia memfokuskan seluruh atensi dan perhatiannya.
"tentang kemarin? sini cerita"
"jadi, kakaknya bunda gue mutusin buat kuliah lagi di ibukota."
saka tak memotong ucapanku, ia tetap menatapku dengan lekat. ku hembuskan nafas, dan menggigit bibirku pelan
"ya terus, dia gak berani kalau sendiri. bunda sama ayah, nyuruh gue buat ikut pindah kesana"
saka menatapku dengan nyalang, ia nampak tidak percaya dengan hal yang aku ucapkan.
"lah? jadi lo bakal ninggalin surabaya?"
"surabaya, sman 5, sama perjuangan selama ini"
ia menatapku sedih, ia tau bahwa banyak perjuangan dan kerja keras yang kulakukan.
"penyebab lo kemarin itu hal ini ya? kapan pindahnya?"
"iya, gara-gara ini. untuk pindah, paling beberapa hari lagi"
aku mengusap air mata yang lancang keluar dari kedua netraku.
"jangan terlalu berlarut-larut ya kal? ke jakarta doang kan?"
aku mengangguk sebagai jawaban
"deket itu anjg, naik mobil cuma seharian paling. ntar gue kesana sama raxi dah, main ke tempat lo"
"janji ya anjing? jangan hoaks doang"
"iya elah santai, eh btw gue mau mandi"
"gue juga mau sekolah, gue mau pa-"
"mau pamit? iya kan? lo pindahnya masih beberapa hari lagi, haikal."
saka berjalan malas keluar kamar, sembari menyampirkan handuk di bahu tegapnya. badanku lemas, kepalaku sedikit pening, dan tenggorokanku serasa di cekik pelan.
"ah anjing gue males banget kalo udah gini"
aku bergumam, dan meraih bubur di meja. ku santap bubur itu perlahan, hambar sekali rasanya.
pintu kamar terbuka, suaranya cukup nyaring. ku alihkan seluruh atensi ku pada sosok di balik pintu itu, ia tersenyum nakal dan menutup pintu kembali.
"hyung! aku disini"
benar ya kata orang-orang, energi positif dapat berpindah.
"raxi ngapain kesini? gak sekolah?"
raxi mendekat, dan duduk di sebelahku. ia menatapku dengan wajah yang penuh keingintahuan.
"hyung sama saka kenapa kemarin? kok kalian pada gak cerita sih?"
aku menatap lekat kedua netranya, dan menceritakan tentang kepindahanku padanya. ia tampak terkejut, dan menutup mulutnya sangking tidak percayanya.
"hyung, beneran mau pergi ya?"
lidahku kelu untuk berucap, ku elus rambut raxi pelan dan tersenyum manis padanya
"gak sekolah lo sat? ntar dimarahin goblok"
"dih aku nanya gak di jawab"
saat hendak berucap, saka masuk ke dalam kamar lengkap dengan seragam juga tasnya.
"ayo cil kita berangkat, haikal di rumah aja ya"
"anjing kok bocil sih?!" raxi melemparkan bantal tepat ke muka saka.
"udah cok jangan berantem gue pusing, udah sono buruan masuk sekolah"
aku berujar malas, dan mengusir dua anak adam tak waras itu dari kamar.
"lo kalo mau makan, ada di bawah" ujar saka
"hyung istirahat dulu aja, ntar raxi yang izinin" raxi menimpali
aku hanya berdecih, dan mereka berdua berangkat ke sekolah dengan kendaraan masing-masing. hanya aku disini, dengan handphone dan bubur yang belum habis.