asrar bumantara —

bagian satu

aku sungguh lelah, menjadi anak SMA Negeri 5 surabaya adalah hal yang berat. banyak pelajaran yang tidak aku mengerti, dan persaingan ketat yang ada dimana-mana. untuk dapat bertahan hingga saat ini, menurutku aku lumayan keren haha

"WOI HAIKAL! NGAYAL MULU!" teriak saka dari jauh

suara saka yang nyaring sangat menyakiti kedua telingaku, ku tatap kedua netranya sinis

"bisa kecilin suara lo dikit gak? tuli gue lama-lama" ucapku dengan nada tegas

saka dan raxi datang ke arahku dan dengan lancang mendudukkan diri mereka di hadapanku

"saka suaranya kayak toa emang hyung, wajarin aja" sanggah raxi

"yamaap atuh kal, eh biologi kalian udah? deadlinenya nanti loh. itu si bapak gundul udah ngomel-ngomel di grup kelas" ucap saka

"udah lah, gua gak pernah nunda tugas" jawab raxi santai

"hah asu? ADA BIOLOGI?! BELOM NGERJAIN FAK"

dengan terburu-buru kutinggalkan kantin yang ramai. aku berlari ke kelas untuk mengerjakan tugas sialan itu, aku tak mempedulikan orang-orang yang lewat. dan tanpa sengaja ...

Bruak!

"awh asu, JALAN PAKE MATA COK!" teriakku keras

"YA LO-NYA DONG YANG PAKE MATA!" balas perempuan itu tak kalah keras

aku melirik ke nametag di dadanya, dan berjalan beberapa langkah mendekat

"anindita sialan, gue tandain muka lo"

aku mendorong pelan gadis itu, lalu dengan kecepatan kilat, aku berlari ke kelas untuk mengerjakan biologi yang tidak sengaja kulupakan.

"asu asu asu asu, banyak bener"

mulutku tidak berhenti mengucap kata-kata tak senonoh saat mengerjakan tugas biologi yang sangat menyebalkan itu.

asbum - 2021

asrar bumantara —

bagian dua

sumpah demi apapun, hari ini itu hari kamis terlama yang pernah aku alami. kuping panas karena digosipin, dan hp ikutan panas karena jebol notif.

"masih lama gak sih pulangnya? capek gue" kulipat tangan di meja dan mencari spot terbaik untuk tidur

"gila kal, followers lu naik pesat! ini udah sampe 900 kal, wow" ucap saka yang masih asik dengan hp-nya

"yah kebalap si hyung jelek" raxi berdecak pelan

aku berusaha tak acuh dan mencoba menutup kedua netraku. aku berpikir, apa kesalahan yang telah kuperbuat hingga tanpa sengaja menciptakan masalah dengan 'kaum famous' SMA Negeri 5 surabaya.

saat aku hampir terlelap, indra pendengaranku mendengar beberapa orang yang dengan lancangnya membicarakan diriku

"psst psst itu si haikal yang nyari masalah sama anin bukan sih? berani banget dia ckck" bisik salah satu siswi di dekatku

"padahal dia biasa aja, kok punya nyali ya haha" bisik siswi lain

aku muak, sungguh. aku berpikir, mereka serius bergosip di dekat mejaku? mereka gak punya otak? mereka kira aku tuli? sumpah, aku dapat mendengar dengan jelas semua cacian dan makian itu

ku pukul mejaku keras, dan menatap tajam ke arah kedua siswi tersebut.

"lo kalau bisik-bisik, pelanin volumenya. gue bisa dengar loh" 

"haikal, tenang ..." bisik raxi di telingaku

"ngapain masih disini? mau ditonjok haikal?" saka bertanya dengan wajah angkuhnya

tanpa banyak omong kedua siswi tersebut langsung bermuka masam, dan menjauh.

aku duduk, dan meneguk air mineral dengan kasar. kulirik jam dinding yang berada di depan kelas

"calm down kal, dua puluh menit lagi" kata saka

"akhirnya bentar lagi pulang"
ku bereskan buku-buku dan alat tulis yang berserakan di hadapanku

"pasti capek ya jadi bahan gosipan" raxi tersenyum miris

"santai kali bro, gini doang aelah" balasku

saka dan raxi hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahku, aku hanya bisa membalas senyuman mereka. dua puluh menit ternyata cukup lama, karena bosan menunggu aku membuka hp panas yang penuh dengan notif.

asbum -2021

asrar bumantara —

bagian tiga

kumasukkan hp ku ke tas, lalu aku berdiri dan netraku melihat raxi keluar kelas dengan terburu-buru

"sak, raxi kok duluan? dia kemane?" tanyaku

"ada urusan mendadak katanya, kayaknya berhubungan sama keluarga dah" jawab saka 

"oke, eh gue nebeng ya. cepet beresin buku lo, ayo pulang" ucapku lagi sambil tersenyum tengil

kusampirkan tas sekolah di bahu, dan menunggu saka merapikan peralatan sekolahnya

"cepetan anjing, gue udah capek" ujarku, sambil menatapnya datar

"sabar asu, ini lagi siap-siap" saka pun selesai dan menyampirkan tasnya

"sebat dulu gak?" tanyaku 

"gak dulu, langsung pulang aja. mama gua pulang cepet hari ini" saka tersenyum miris

"hahaha, anak mama" ledekku

saka tak menghiraukan ucapanku dan ia berjalan ke luar kelas lebih dahulu

"tunggu gue anjir" ucapku lagi dan berjalan menyusul saka

aku dan saka berjalan menuju parkiran motor, lingkungan sekolah sudah terlihat sepi. wajar aja sih, para pelajar pasti ingin segera pulang dan beristirahat.

"kal, helm lo" saka menyodorkan helm, lalu ia memakai helmnya sendiri

"sak, nanti jalannya muter aja ya?" tanyaku sambil memakai helm yang di sodorkan saka

"hah? kenapa?" tanya saka, ia terlihat bingung

"mau persiapin mental dulu" jawabku

saka mengangguk lalu melihat ke arahku, aku yang mengerti arti pandangannya pun segera naik ke motornya. tak lama, kami pun membelah jalanan untuk segera sampai ke rumah masing-masing.

aku berpikir, ada kejutan apa lagi. semoga aja, semesta tidak sedang ingin mempermainkan diriku. 

tidak munafik, aku takut untuk pulang. namun, aku juga sangat penasaran apa yang akan kualami nanti.

tanpa sadar, aku meremas pinggang saka pelan. aku berdecih pelan, dan terus mengulang kata penenang di pikiranku.

motor saka berhenti di depan pagar rumah milik ayah kesayanganku. aku turun, melepas helm yang menempel di kepalaku lalu memberikannya pada saka

"lo kenapa dah kal, ada masalah?" tanya saka, sepertinya ia menyadari wajahku yang menunjukkan rasa khawatir

"bukan masalah gede, udah sono pulang" jawabku

saka mengangguk pelan, ia pamit lalu tanpa banyak omong, meninggalkan pekarangan rumahku. punggung tegap nya terlihat semakin kecil dan menghilang dari penglihatan kedua netraku.

asbum - 2021

asrar bumantara —

bagian empat

langkahku terhenti di depan pintu rumah. tanpa di sadari aku telah berjalan cukup lama. ku gedor pintu rumahku dengan perlahan.

"bunda, ayah, haikal udah pulang" ucapku, pintu rumah masih ku gedor terus-menerus

pintunya terbuka perlahan, netraku menangkap bunda melihatku dengan wajah yang tidak bisa di deskripsikan

"udah puas mainnya?" tanya bunda dingin

"SUMPAH BUN, AKU TAKUT ASTAGA, MAKANYA BOONG" jawabku, tangan bunda ku pegang dan ku cium perlahan

"kamu di tunggu ayah di ruang tengah, ada faza juga" ujar bunda, ia menarik tangannya dan pergi menutup pintu

aku menatap bunda jengah, dan pergi ke ruang tengah. kulihat ayah dan faza tengah menonton kartun di televisi. dengan lancang, ku dudukkan diriku di sebelah faza.

"ah putra ayah sudah sampai, sini nak" ayah menyadari keberadaanku, ia menyuruhku untuk duduk di sebelahnya

dengan keberanian besar, aku duduk di sebelah ayah. kulihat faza menahan tawanya, sungguh aku ingin menampar wajah adik tercintaku.

"tumben ayah hari ini gak kerja? ayah mau ngomong apa?" kumulai obrolan dengan hati-hati

ayah memegang kedua bahuku, ia menatapku dengan pandangan yang tak dapat ku artikan

"haikal, kalau ayah minta tolong untuk buat kehidupan sekolah baru di kota lain, enggak apa-apa kan?" tanya ayah

aku mencerna semua kalimat yang keluar dari ayah, apakah aku mau dipindahkan? apa ayah sama bunda capek ngurus aku?

"jangan pikir bunda sama ayah gak mau ngurus kamu, kakaknya bunda butuh teman kal" ucap bunda, ia datang dari arah dapur sembari membawa beberapa kue ringan

bibirku kelu untuk bicara, aku tak menyangka bunda dan ayah berkata begitu. ayolah, aku udah menemukan circle di SMA Negeri 5 surabaya, udah nyaman sama lingkungannya, masa aku disuruh mulai dari 0 lagi?

"bunda, minta tolong ya haikal?" tanya bunda

"haikal putra ayah, surat pindah akan ayah urus besok, jadi kamu bisa pamit ke temen-temen kamu" ujar ayah menimpali

"kak, jakarta itu keren loh. banyak cewek mulus-mulus" faza mengiming-imingi diriku

aku berpikir dengan keras. membayangkan usahaku untuk masuk ke sekolah terfavorit di surabaya, aku bahkan sampai rela belajar terus-menerus, dan tidak berhenti mencoba soal-soal. benar kata orang, usaha tidak akan mengkhianati hasil. jadi, aku harus meninggalkan hasil dari usahaku? dunia ini lucu ya

"iya ayah, aku bakal pamit dan siapin barang-barangku" ucapku pelan

ayah menampakkan senyum manisnya, bunda juga begitu. faza tak henti memuji diriku. aku hanya bisa tersenyum miris melihat mereka.

memangnya, ada pilihan lain selain menerima?

asbum - 2021

asrar bumantara —

bagian kelima

sekarang menunjukkan pukul sepuluh malam. aku mencoba tidur, namun nihil. pikiranku kalut, aku tak bisa berpikir dengan jernih. aku meraih jaket dan kunci motorku, kuturuni tangga dengan gerakan gesit dan pergi keluar rumah tanpa sepatah katapun.

aku tak tau mau pergi kemana. arahku tak jelas, motorku membelah jalanan malam dengan kecepatan di atas rata-rata. aku merasa semua usahaku sia-sia, setitik air mata jatuh dari netraku.

disinilah akhirnya aku berada, rumah saka adalah tempat terbaik. tadi, saka melihatku begitu lusuh dan berantakan. ia membiarkanku masuk, dan mulai melontarkan pertanyaan-pertanyaan tidak berfaedahnya.

beruntungngnya, ayah dan ibu saka sudah terlelap dan pergi ke alam mimpi, jadi kehadiranku tidak diketahui oleh mereka.

aku memilih untuk diam, kuputuskan untuk pergi ke kamarnya. ia tentu mengikutiku, mulutnya tak bisa berhenti mengeluarkan frasa keingintahuan.

aku menatap netra saka dengan sendu, ku tersenyum miris. ia pun berhenti mengoceh, dan berkata

"kal, kalo ada apa-apa itu lampiasin. jangan di pendam sendiri goblok"

"saka, gue laki"

"gak ada yang bilang lo cewek? lo emang laki, dan gak ada satupun hukum di dunia yang melarang laki buat mengekspresikan diri."

ucapan saka benar-benar membuatku sadar, aku mulai menangis. ditemani rokok menthol dan minuman berakohol, netraku mulai menitikkan air mata.

aku mulai mengingat, usahaku untuk mengejar SMA Negeri paling favorit di surabaya. mulai dari belajar saat pagi buta dan berakhir saat larut malam. les persiapan ujian yang begitu banyak, buku-buku latihan soal yang sudah kubeli dan pelajari. semua itu percuma, aku akan meninggalkannya. mengingat hal itu, tangisku semakin deras.

saka hanya bisa memandangiku miris, ia bahkan tak tau apa yang sedang kualami. hanya Tuhan, dan saka yang mengetahui seberapa hancurnya haikal pranaja pada malam ini. semoga saja, besok aku bisa ikhlas untuk menerima.

asbum - 2021

asrar bumantara —

bagian keenam

baskara dunia telah menampakkan diri, cahayanya menusuk ke pranaja muda yang tadi asik dengan alam mimpinya. pemandangan pagi yang asing, aku baru menyadari bahwa kemarin malam kuhabiskan di kediaman sahabatku.

"lo udah bangun? mama gue beliin bubur"

suara tak asing memasuki indra pendengaranku, ku alihkan fokusku ke makanan yang ada di meja kamar. aku berdecih pelan

"lo pikir gue bayi? makanan apaan ini cok"

"badan lo panas. gak usah banyak gaya, gue mau siap siap sekolah"

"saka, gue mau cerita sesuatu"

saka mengangguk dan mendudukkan diri di sebelahku, ia memfokuskan seluruh atensi dan perhatiannya.

"tentang kemarin? sini cerita"

"jadi, kakaknya bunda gue mutusin buat kuliah lagi di ibukota."

saka tak memotong ucapanku, ia tetap menatapku dengan lekat. ku hembuskan nafas, dan menggigit bibirku pelan

"ya terus, dia gak berani kalau sendiri. bunda sama ayah, nyuruh gue buat ikut pindah kesana"

saka menatapku dengan nyalang, ia nampak tidak percaya dengan hal yang aku ucapkan.

"lah? jadi lo bakal ninggalin surabaya?"

"surabaya, sman 5, sama perjuangan selama ini"

ia menatapku sedih, ia tau bahwa banyak perjuangan dan kerja keras yang kulakukan. 

"penyebab lo kemarin itu hal ini ya? kapan pindahnya?"

"iya, gara-gara ini. untuk pindah, paling beberapa hari lagi"

aku mengusap air mata yang lancang keluar dari kedua netraku.

"jangan terlalu berlarut-larut ya kal? ke jakarta doang kan?"

aku mengangguk sebagai jawaban

"deket itu anjg, naik mobil cuma seharian paling. ntar gue kesana sama raxi dah, main ke tempat lo"

"janji ya anjing? jangan hoaks doang"

"iya elah santai, eh btw gue mau mandi"

"gue juga mau sekolah, gue mau pa-"

"mau pamit? iya kan? lo pindahnya masih beberapa hari lagi, haikal."

saka berjalan malas keluar kamar, sembari menyampirkan handuk di bahu tegapnya. badanku lemas, kepalaku sedikit pening, dan tenggorokanku serasa di cekik pelan.

"ah anjing gue males banget kalo udah gini"

aku bergumam, dan meraih bubur di meja. ku santap bubur itu perlahan, hambar sekali rasanya.

pintu kamar terbuka, suaranya cukup nyaring. ku alihkan seluruh atensi ku pada sosok di balik pintu itu, ia tersenyum nakal dan menutup pintu kembali.

"hyung! aku disini" 

benar ya kata orang-orang, energi positif dapat berpindah.

"raxi ngapain kesini? gak sekolah?"

raxi mendekat, dan duduk di sebelahku. ia menatapku dengan wajah yang penuh keingintahuan.

"hyung sama saka kenapa kemarin? kok kalian pada gak cerita sih?"

aku menatap lekat kedua netranya, dan menceritakan tentang kepindahanku padanya. ia tampak terkejut, dan menutup mulutnya sangking tidak percayanya.

"hyung, beneran mau pergi ya?"

lidahku kelu untuk berucap, ku elus rambut raxi pelan dan tersenyum manis padanya 

"gak sekolah lo sat? ntar dimarahin goblok"

"dih aku nanya gak di jawab" 

saat hendak berucap, saka masuk ke dalam kamar lengkap dengan seragam juga tasnya.

"ayo cil kita berangkat, haikal di rumah aja ya"

"anjing kok bocil sih?!" raxi melemparkan bantal tepat ke muka saka.

"udah cok jangan berantem gue pusing, udah sono buruan masuk sekolah"

aku berujar malas, dan mengusir dua anak adam tak waras itu dari kamar.

"lo kalo mau makan, ada di bawah" ujar saka 

"hyung istirahat dulu aja, ntar raxi yang izinin" raxi menimpali

aku hanya berdecih, dan mereka berdua berangkat ke sekolah dengan kendaraan masing-masing. hanya aku disini, dengan handphone dan bubur yang belum habis.

OH HEY, FOR BEST VIEWING, YOU'LL NEED TO TURN YOUR PHONE