DAISY WISH

A fantasy story

Di perjalanan pulang setelah shift selesai. Aku memutuskan untuk membaca chapter terbaru dari novel 'Farewell' yang minggu ini akan tamat. Dua chapter sebelum epilog dimana adegan Freya Leonor akan dipenjara, cukup membuatku abai pada keadaan sekitar.

Cerita 'Farewell' sendiri merupakan cerita bergenre drama yang peminatnya sedikit karena minim unsur romansanya. Bukan tipe anak muda sekali. Dan aku, yang terbiasa dengan kehidupan serba sederhana mencoba menghibur kemiskinanku dengan membaca novel tersebut.

Belum lagi karakter yang mainstream, termasuk; pemeran utama wanita yang ditelantarkan di panti asuhan sebelum diangkat menjadi putri direktur. Dengan pacar laki-laki seorang calon CEO. Si pura-pura culun. Atau bahkan berbagai kehedonan yang belum berani ku bayangkan saat ini ada di novel itu.

Di chapter ke-30. Dengan layar handphone yang sudah ku aktifkan mode bacanya. Kata demi kata yang tertera menembus retina mata. Bersamaan dengan satu nama pemeran antagonis yang paling kubenci terpampang di layar.

'Freya Leonor'

Gadis yang selama hidupnya berusaha mencari perhatian kedua orangtuanya yang pilih kasih, akibat menjadi anak sulung dari adik perempuannya yang sakit-sakitan dan lemah.

Tidak sepertinya yang dianggap beban keluarga dan sebuah karma. Adik Freya merupakan pemeran sampingan yang berperan banyak dalam pengembangan karakter tokoh utama.

Selain itu, diskriminasi tak luput dialami Freya sejak kecil. Atau bahkan jadi bahan taruhan demi kesenangan orang lain membuat dirinya yang malang berubah menjadi penjahat amatiran.

Sampai ia memutuskan untuk membunuh karakter penting novel rate-R ini berjalan; Hyena Ashfira. Dikarenakan rasa iri akan perhatian dan cinta yang dia kira Hyena ambil darinya. Hingga akhirnya ia mencoba mendorong Hyena dari lantai 3 sekolah. Dan berakhir naas dipenjara.

Sebuah cara menghancurkan hidup sendiri yang terdengar konyol.

Ya, aku hafal seluruh jalan cerita Freya Leonor. Saking tak sukanya aku dengan manusia tak tahu diri itu. Meski karakter lain tak semalang Freya, mereka dapat kesenangan tersendiri karena menjadi karakter utama. Dan jangan lupa ceritanya yang mainstream dan terlalu banyak drama. Hal itu menjadikan rating novel ini biasa saja.

Tak sadar sudah bagian epilog. Aku mulai memfokuskan atensi ku terhadap sekitar. Hal yang pertama kali kulihat setelah mengubah pandanganku adalah mobil truk ugal-ugalan yang bergerak ke arahku dengan kecepatan diatas rata-rata. Tak ada waktu menghindar, handphone yang kugenggam terpental dan hancur berkeping-keping.

'BRAK'

Di tengah jalan raya yang sepi. Dibawah langit malam yang menahan beban air sampai ke titik batasnya. Hujan yang turun kali ini terasa sakit dan menyedihkan. Apa aku selesai disini? Hidup Daisy si anak miskin berakhir disini? Tidak mungkin kan. Kalau begitu siapa yang akan melakukan pemakaman?

Menjadi mandiri dari panti asuhan memang keputusan yang ceroboh tapi menantang. Selama hidup tak pernah terbesit adegan menyedihkan ini. Tanpa keluarga, sendirian terbujur mengenaskan ditengah jalan. Dengan rintik hujan yang mulai menderas, sisa-sisa kesadaran yang terkumpul membuatku berpikir irasional.

Kalau begitu setidaknya aku ingin permohonan terakhirku dikabulkan. Walau aku bukan seorang yang suci tapi aku juga bukan pendosa. Dan di detik sebelum mataku tertutup, sebuah harapan terucap dalam hati.

'Aku ingin di kehidupanku selanjutnya, aku yang menjadi pemeran utama.'

***

'Beep Beep Beep'

Suara asing mengudara di gendang telinga. Menyadarkan saraf-saraf lain hingga mata yang tertutup rapat mulai membuka perlahan. Ingatan terakhir yang terus berputar bagai kaset rusak. Mengulang kejadian yang bahkan terlalu nyata untuk disebut sebagai mimpi.

Hal pertama yang Daisy lihat setelah tertabrak truk itu adalah plafon putih dengan detikan air infus yang menggema. Berbagai pertanyaan muncul dibenaknya, sekadar 'Apa aku selamat?' Tapi bagaimana bisa. Tak ingin pikiran negatif memengaruhinya, Daisy mencoba menggerakan lehernya yang kaku dengan matanya yang apik mengamati ruangan.

Ruangan sebesar kontrakannya yang nampak mewah diisi perabot minimalis. Mirisnya ia sadar bahwa ruangan ini bukan kontrakannya, melainkan seruang kamar pasien VVIP. Daisy tak pernah membayangkan akan mengalaminya sendiri. Apa setelah ia keluar dari rumah sakit tagihannya akan menjadi hutang. Tapi ia kan tak punya uang.

Karena terlalu banyak memikirkan berbagai hal. Kepalanya berdenyut sakit. Daisy menatap bayangan yang ada di pintu masuk. Seorang laki-laki berumur sekitar dua puluh tahun yang berpenampilan seperti dokter menghampirinya.

Daisy menatapnya curiga. Selama hidupnya, tak pernah sekalipun ia melihat pegawai setampan ini di rumah sakit.

"Freya... apa kepalamu sakit?" begitu pertanyaan dilayangkan ke arahnya. Daisy menatap bingung dokter tersebut. 'Siapa Freya' batin Daisy bergejolak. Suaranya tak bisa keluar karena dehidrasi.

Seakan mengerti kebingungan Daisy, dokter itu menjelaskan kejadian sebenarnya dengan senyum menawan.

"Freya Leonor. Umur 17 tahun. Pingsan selama empat hari karena kecelakaan mobil."

Hening mengudara. Daisy mengira dokter ini hanyalah penggemar 'Farewell' selain dirinya. Karena ia bukan Freya, umurnya 18 tahun, dan ia korban tabrak lari. Kalimat yang diucapkan dokter tadi benar-benar tidak masuk akal.

Seakan tak ingin buang-buang waktu memaksa pasiennya sadar akan kondisinya sekarang. Dokter itu mengambil cermin kecil dan memperlihatkan kearahnya.

Itu bukan wajah Daisy. Melainkan seorang remaja dengan mata biru gelap yang kecantikannya terlihat tidak nyata. Dan ia ingat itu merupakan gambaran Freya yang ada di 'Farewell'.

Dan dalam hati Daisy yang resah. Pertanyaan singkat dan keluhan membebaninya.

'Apa maksudnya ini? Bagaimana bisa?'

Aku masuk ke novel.

🌼🌼🌼

TBC

original story by azhteracae

OH HEY, FOR BEST VIEWING, YOU'LL NEED TO TURN YOUR PHONE