Fluffy

Bunny in Benefits

Kris mengecup perlahan mata sayu dihadapannya. Kedua tangan lebarnya menimang manusia bertelinga kelinci yang ukurannya tak lebih besar dari seorang anak berusia lima tahun. Ya tuhan, bahkan sekarang Kris terlihat seperti ayah yang sedang menimang anaknya.

"ssh... jangan menangis lagi Fanfan disini."

Kris mengecupi wajahnya beberapa kali. Hingga akhirnya manusia aneh itu tertidur pulas dalam gendongannya. Perlahan Kris meletakkannya di kasur, namun cengkraman di bajunya begitu sulit untuk dilepaskan hingga akhirnya mau tidak mau Kris harus tidur bersama dengan makhluk manisnya.

"Hyungie... ak-" Ucapan pria bertelinga peri itu terpotong.

Chanyeol tertawa begitu keras di depan pintu sambil menunjuk Kris. Sungguh tak ada yang lebih lucu dibandingkan Pria beratatus 'seme' diperbudak oleh seekor hybird.

"Yak! Diam kau jangan tertawa keras! Apa yang kau tertarakan hah! Diam! Junmyeon sedang tidur!" kata Kris.

Beberapa menit kemudian, Kris dan Chanyeol duduk di meja makan apartemen Kris. Untunglah ia dapat melepaskan cengkraman tangan mungil manusia kelincinya. Jika tidak ia akan terjebak begitu lama di kamar.

"kau kenapa hah!?" Kris sedikit menyentak sebal melihat Chanyeol yang dari tadi menertawainya.

"Ya tuhan hyungie, sudahlah kau ini benar-benar.. ahahahaha."

Kris melempar Chanyeol dengan sekotak tisu dihadapannya. "aku hanya kasihan dengan nya mengerti!"

"iya-iya." Chanyeol berhenti tertawa.

"untuk apa kesini?" tanya Kris ketus.

"kau kenapa sih hyungie, aku kan hanya ingin mengantarkan mu makanan dari bibi."

"letakkan lalu pulang."

"Jahat sekali sih hyung! Nanti Junmyeon takut sama Hyungie loh!" kata Chanyeol sebal.

"biar saja," kata Kris santai, tanganya ia gunakan untuk bertopang dagu. "aku juga tak peduli dengannya, aku hanya kasihan, melihatnya di kejar anjing liar dengan keadaan keluarganya yang entah dimana. Jika dia tidak mau denganku tak apa, berarti dia bisa bertahan di dunia yang kejam sendiri tanpa ornag sepertiku kan?"

"Hiks ...Hiks ..."

Terdengar suara tangisan dari pintu kamar Kris. Lantas Chanyeol dan Kris menoleh ke sumber suara, keduaya melihat tubuh kecil di balik pintu yang sedang menangis mentap mereka berdua.

"Eh... hyung dia sudah mengerti bahasa manusia?"

"tentu" jawab Kris.

Tak lama Junmyeon menangis dengan kerasnya lalu pergi dari apartemen Kris. Sedangkan Kris hanya duduk santai melihat Junmyeon keluar sambil menangis seolah-oalh tak peduli.

"Em... kau tidak mengejarnya?"

"tidak."

"KAU YANG KEJAM HYUNG! BUKAN DUNIA INI!" teriak Chanyeol membuat siapapun yang mendengarnya pasti sakit telinga.

"cepat kejar dia!"

"tidak ah, nanti dia akan kembali sendiri" kata Kris acuh.

Chanyeol yang geram melihat Kris seperti ini, tanganya langsung memukul wajah Kris membuatnya jatuh tersungkur dari kursinya.

"Dia itu masih kecil hyung!"

"Diam lah Yeol!" teriak Kris emosi, Chanyeol diam jika Kris sudah memanggilnya seperti itu berarti ia dalam masalah yang begitu serius.

"Dia itu Junmyeon! Aku tahu dia! Jangan samakan dengan Baekhyun mu!" katanya tegas.

Chanyeol tahu ia salah telah menyamakan Junmyeon dengan Baekhyun hybrid anjing miliknya. Mungkin Kris memiliki cara untuk mendidik bahkan menyayangi hybird miliknya. Hanya saja ini terlalu keras, umur Junmyeon baru begitu muda bagi hybird. Hatinya pasti mudah sekali di sakiti, sama seperti Baekhyun saat pertama, ia akan selalu menempel pada Chanyeol.

Kris memiliki keperibadian yang berbeda dengan Chanyeol, Jika Chanyeol akan suka di tempeli Baekhyun maka Kris sangat benci. Mungkin itu salah satu alasan Kris begitu keras dengan Junmyeon, lantas apa yang membuat Kris ingain merawat Junmyeon? Padahal ia bsa menitipkanya pada teman-temannya contohnya Luhan dan dirinya.

"Terserah pada mu hyung," kata Chanyeol final.

Pintu apartemen Kris tertutup. Ia seakan tuli dengan ucapan Chanyeol tadi, bahkan buta melihat Junmyeon yang menangis karena menguping pembicaraannya tadi. Kris lebh memilih untuk menyiapkan makan malam mereka nanti.

"aku harus mengurangi alkohol sepertinya," ujar Kris meliaht kulkas nya yang berisi beberapa botol alkohol.

Setelah mengurusi kebutuhannya. Kris menyalakan televisi. Butuh waktu tiga jam ternyata membersihkan apartemennya yang agak berantakan. Pantas saja ia tak di karuniai kekasih dengan segera, apartemennya begitu jorok.

Dan Kris baru menyadarinya sekarang. Sedikit lucu dan ingin menertawainya sendiri. Tapi Kris senang dengan gaya hidupnya yang seperti itu, lebih bebas.

Kris melirik Jam dinding di apartemenya. Sudah pukul tujuh, masih terlalu larut untuk tidur. Perasaan Kris sedikit mengganjal. Sepertinya ada yang hilang.

"Ya tuhan! Junmyeon belum pulang!"

Kris langsung menyambar jaket dan juga topinya, ia melesat keluar. Junmyeon tak pernah pulang lebih larut tanpanya. Langit sudah semakin menggelap. Kini Kris yang termakan ucapanya. Ia selalu ingat jika Junmyeon selalu takut dengan suasana malam.

Yah, karena malam adalah hari dimana Junmyeon di serang oleh sekawanan anjing liar yang sudah membunuh keluarganya.

"Junmyeon!" teriak Kris kesekian kalinya.

Kris terduduk di kursi taman. Ia meruntuki sendiri kelakuannya tadi, begitu juga dengan sikap kasarnya pada Junmyeon yang tak peduli, tak segan-segan untuk menarik telinga kelincinya bahkan memukulnya karena sudah menja padanya.

Ini sudah gelap, Junmyeon pasti sangat ketakutan sekarang. Kris mengira Junmyeon akan datang ketika gelap, mengingat Junmyeon tidak memiliki siapapun.

Namun, bagaimana jika Junmyeon sudah di ambil oleh orang lain?

"apa yang aku lakukan," monolognya.

"JUNMYEON!" teriak Kris frustasi.

Hening, tak ada jawaban sama sekali. Kris memutuskan untuk pulang saja ke apartemnya mungkin sja Junmyeon sudah pulang.

"aku pulang."

Kris tergelak mendapati apartemennya yang menyala.

"Junmyeon!" panggil Kris senang, melihat telinga kelinci yang bergerak kekanan dan kekiri begitu riang sambil memegang panci berisikan telur, memindahkannya ke piring kosong.

"Yo hyung!" sapa sorang pria.

Kris menoleh. "YAK! OH SEHUN, XI LUHAN SEDANG APA KALIAN DI RUMAH KU!"

Sehun menegak kopinya santai, begitupun dengan Luhan yang tersenyum ramah sambil mengusap Hannie sebuah kelinci kesayangan Luhan.

"kau ini kenapa bisa meninggalkan makhluk manis sepertinya di luar sih!" omel Luhan.

Luhan membiarkan Junmyeon bermain-main dengan Hannie hewan –asli milik Luhan. Mengingat Luhan bukan Hybird sama seperti Kyungsoo yang juga manusia normal.

"Maaf tadi dia merajuk padaku."

Sehun tertawa keras. "ya tuhan belum apa apa sudah merajuk bagaimana di ranjang nanti!"

"diam Kau!" Kris melempar Sehun dengan kain lap.

"Sudah lain kali kau jangan terlalu keras untuk nya, dia itu begitu kecil kau tahukan?" kata Luhan menatap Junmyeon yang sedang merawat Hannie.

Junmyeon terlihat senang dengan Hannie, mengusap telinganya lembut, menggendongnya seperti mengangkat anaknya sendiri, tak jarang keduanya memainkan telinga mereka. Seperti ibu yang sedang bermain dengan anaknya.

"Apa? kau masih lapar Hannie? Tapi jangan makan wortel lagi nanti kamu sakit tau."

Hannie menurunkan sebelah telinganya. "makan ini saja ya.. Fanfan-ge kadang memberiku ini! Ini akan menyehatkan mu!"

Suho memberikan seledri pada Hannie. Karena kebiasaan diberi makanan enak oleh Luhan Hannie jadi enggan memakan makanan yang jelas murahnya itu. Yah, walaupun dengan embel-embel memaksa Suho makan dengan alasan itu makanan yang menyehatkan.

"ah! Tidak enak?" Suho berpikir, melihat makanan di atas rak penyimpanan Kris. Melihat Kris yang sedang menatapnya dingin Suho jadi enggan untuk mengambilnya.

"ah... maaf Hannie tapi sepertinya Myeonie tak memilki makanan enak yang lainnya."

Terlihat wajah Hannie yang sedih kedua telinganya tak bersemangat. Begitu juga dengan Junmyeon tak bersemangat.

"makanlah." Kris memberikan permen pada Junmyeon dan Juga Hannie.

Yah, walaupun Hannie itu kelinci sungguhan tapi Kris tetap memberikannya. Jelas saja Luhan mengomel bagaimana bisa kelinci nya diberikan permen, yang di maksudkan oleh Luhan pasti seharusnya Kris memberikan Hannie makanan Kelinci dengan harga selangit.

Sudah di pastikan Kris tak memilikinya. Lagi pula Junmyeon bukan hewan, ia juga bisa memakan makanan manusia sepertinya.

"Terima kasih fan-ge~" ucap Junmyeon dengan senyumnya yang begitu menggemaskan.

Junmyeon memakan lollipop yang diberikan oleh Kris, begitu juga dengan Hannie, ia memakan sebuah permen kecil yang di suapkan oleh Junmyeon.

"apakah enak?"

Telinga Hannie terangkat menunjukkan tanda jika ia juga senang. Entah melihatnya Kris menjadi terenyuh dan tersenyum layaknya orang konyol.

"Hey Wu"

"manis nya~"

"HEY WU!" teriak Sehun lebih keras.

Sekali lagi satu lemparan berupa tisu mendarat "Diam bodoh!"

"Sudahlah kami pulang dulu, jangan telantarkan dia lagi mengerti" kata Sehun sambil mengangkat Hannie.

"ah~Haniie"

"besok kita bermain lagi yah," ucap Sehun seraya pucuk kepala sekaligus telinga Junmyeon lembut.

"Bolehkah?"

"iya manis~~ sampai jumpa ya" kata Luhan dengan menggesekkan kedua puncuk hindung mereka.

Berengsek, kenapa Kris sekarang merasa cemburu "PULANG SANA! DASAR PASANGAN ANEH!"

Sehun menjulurkan lidahnya "dasar jomblo wek"

"kami pulang dulu ya!" kata Luhan ramah. Suho melambaikan tangan mungilnya pada Hannie dan juga Pasangan Oh.

"sudah ayo masuk, kau belum makan malam kan?" Ajak Kris dingin.

Junmyeon masih diam di tempatnya sambil memainkan kedua tangannya, Telinganya juga terlihat jatuh kebelakang tak bersemangat. Ada sedikit rasa takut dan canggung ketika ia hanya berdua bersama dengan Kris.

"Kenapa?"

Junmyeon diam, oh tidak sepertinya anak ini akan menangis lagi. Mengapa harus menangis bersama Kris? Tadi bersama dengan Sehun dan Luhan ia terlihat baik-baik saja.

"Hey hey kau kenapa Myeonie??? Heum? Ada yang mengganggu mu?"

"Myeonie... minta maaf... Myeonie... Myeonie... Myeonie.... tidak akan mengganggu Fanfan-ge lagi..."

"Sssh.. sudah-sudah ayo.. Myeonie tidak salah... Fanfan yang salah... maaf Fanfan sudah meninggalkan Myeonie," kata Kris sambil mengusap pucuk kepalanya.

Kris menggendong Junmyeon menuju ruang makan mereka, meletakkanya di pangkuannya.

"maafkan gege ya... gege bersikap kasar agar nanti Myeonie terlatih."

"terlatih?" telinga Junmyeon turun satu tanda jika ia tak paham.

"sudah-sudah nanti Myeonie akan tahu," Kata Kris "mau menyuapi gege?"

Junmyeon mengangguk senang, ia mengambil sosis dari piring mulai menyuapi Kris, begitupun dengan Kris yang ikut menyuapi Junmyeonnya.

.

.

.

.

.

.

Pertumbuhan Hybird itu begitu cepat. Hitunganya lewat bulan tak seperti manusia yang lama di hitung dari tahun. Dalam waktu satu tahun saja tubuh Junmyeon sudah tubuh begitu dewasa seperti anak remaja berumur lima belas tahun.

Dan jika kalian tahu Junmyeon begitu manis di mata Kris.

"engh... Pelan...Sak-kit... daddy"

Kris semakin mempercepat tempo gerakannya. Tak peduli dengan Junmyeon yang meringis kesakitan. Tubuhnya begitu menggairahkan bagi Kris. Begitu juga dengan suara desahaan indahnya yang sedaritadi mengalun seperti sebuah nyanyian indah.

"Daa.. Sakit ... Myeonie ... ingin ... Nyaaah!"

Yah, ini adalah alasan terkuat mengapa saat itu Kris enggan membuang Junmyeon. Ia terlalu mencintai kelincinya yang kini beranjak dewasa.

"gege mencintai mu selalu, mengerti Myeonie"

Fluffy [Special Present From Crew]

By my side

Malam.

Ini sudah sangat pekat, sayang nya di era modern ini bintang enggan menampakkan ke indahannya. Padahal indahnya dapat memikat siapa pun di bawahnya. Yang paling penyedihkan lagi, tak satupun yang merasa kehilangan bahkan membutuhkannya. Miris memang.

Jangan bilang bintang itu jahat.

Mereka pergi karena cemburu dengan lampu-lampu kota dan juga gawai yang di bawa oleh makhluk bumi, kekuatan cahaya mereka yang abadi kalah pendar. Tak ada yang merasa kena imbas atas hilangnya bintang-bintang. Kecuali langit yang semakin sepi dan kotor karena asam-asam yang menguap.

Miris sekali.

Sama-sama tersakiti. Tersakiti oleh lampu kota dan juga hilang nya bintang. Impas mungkin? Kudanya undur diri tanpa menggubris manusia dibawahnya.

Lagi pula setiap orang berhak tersakiti bukan? Lagi pula tersakiti juga karena satu hal.

Kehilangan.

Kehilangan kepercayaan, kehilangan cinta, kehilangan seorang.

"Yifan..."

Nama itu.

Sudah di gumamkan berapa kali? Nama yang paling sering digumamkan di antara dua orang yang lainnya.

"Luhan ge..."

"Tao..."

Tiga nama itu.

Nama yang membuat segudang misteri. Ada sedikit perasaan lega ketika ketiga nya dapat kembali berkumpul bersama. Membuat sebuah kekuatan baru yang berpendar cerah, Kembali mendatangkan harapan yang sudah lama mati, memutus mantra mustahil.

Rasa bahagia menghiasi sebuah ruang keluarga. Lepas dan penat hilang begitu saja.

Sayangnya.

Di mana ada kebahagiaan di situ ada yang tersakiti.

"Kenapa harus Umin hyung? Apa usaha ku tuk memberi sinyal pada mu tak sampai? Bukankah mereka sudah mengingatkan mu ge? Apa kau melupakan mereka? Juga melupakan ku?" pertanyaan itu berputar-putar di kepala seorang pria berkulit pucat.

Tak ada yang menyadari senyumnya sudah pudar.

Sedari tadi pria itu menatap isi ponselnya. Tatapan nya tak berubah dari postingan salah satu hyung nya di sosial media.

Begitupun dengan yang satunya.

"Mengapa hanya Tao? Apa kau tak melihat ku? Tak ada yang memberi tahu mu?"

Air mata itu menetes. Membebaskan dirinya setelah sekian lama terpendam di balik selaput lendir mata, memberikan sedikit ketenangan.

Tak ada yang dapat melebihi kekecewaan pria kecil itu.

Ditinggalkan, tanpa alasan.

Ditinggalkan, dengan janji palsu.

Ditinggalkan, dengan sebuah paksaan.

Ditinggalkan, karena kesibukan.

Adakah yang dapat menghibur pria mungil itu? Yang ia butuhkan hanya pelukan hangat, tawa, dan kebahagiaan. Dianiaya pun ia rela, hanya demi suasana yang telah usang. Hanya selimut ke harmonisan yang dapat menghangatkan hatinya yang menggigil.

"Maafkan aku"

Pria manis itu masih terdiam di atas.

Angin malam yang mulanya menghembus dingin, menusuk setiap bagian pori-pori kini tergantikan dengan rasa hangat. Namun kehangatan itu masih belum begitu merasuk dalam hatinya yang terlewat beku.

Pria yang lebih tinggi itu memeluk erat, semakin erat berbarengan dengan tetes air matanya yang merembes keluar bak air hujan.

"Kumohon maafkan aku, aku sudah kembali"

Pria kecil itu langsung berbalik badan, memeluk peria besar di hadapannya. Hatinya, tubuhnya, perasaannya tuk kuasa menahan semua ini.

Ia terlalu rindu.

Hanya isakkan yang terdengar. Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari pria mungil itu. Bahkan matanya terpejam, terlalu takut untuk merasakan ledakkan emosi yang akan datang nantinya.

"Aku mohon berhentilah menangis, Aku sudah disini Junmyeon. Kami semua disini..."

"Jangan lagi... Jangan pergi..."

"Aku janji Junmyeon, kami berjanji" Ujarnya sedikit berbisik.

Malam itu. Angin yang berderu kencang, juga bintang-bintang di langit terjauh mendatangkan dua belas bintang terkuat mereka tuk menghiasi malam yang penuh dengan haru.

Family

Wu Battle (pt. 1)

Seharian ini tak melakukan apapun. Seharian kerjaanya hanya tidur-tiduran di kasur, berkeliling di rumahnya yang begitu megah seperti sedang patroli. Inginnya ia berbuat onar tapi bersama siapa? Dokyeom pergi bersama Suho dan juga teman-temannya. Lalu Daniel, dia sedang pergi dengan kedua orang tuanya.

Ini hari Jumat ayolah, besok-besok adalah hari libur. Daniel berlibur bersama keluarganya, besok di sekolah pasti sama membosankannya. Mana nyambung Sehun bercerita dengan Felix dan Lucas. Sunggh, Sehun ingin sekali berjalan-jalan.

Supirnya terlalu tua untuk diajak jalan-jalan keliling kota. Pasti membosankan.

Chef Jang, tidak Sehun tidak lapar. Lagipula Chef Jang juga tidak akan asik diajak untuk keluar.

Hanya tersisa satu orang di rumah. Seseorang yang pernah Sehun buat marah karena akan pergi dengan Samchon Jack. Setelah hari itu Sehun kapok di marahin ayah nya. Bagaimana bisa Seharian Kris tak menyapanya sama sekali?

Yang berumur sepuluh tahun ini siapa sih? Sehun apa Kris? Kenapa sama-sama kekanak-kanakan sekali?

Sekarang Kris sedang berkutat dengan beberapa file dan juga laptopnya. Haruskah Sehun menggoda ayahnya untuk pergi keluar bersamanya?

"apa Shixun?" Tanya Kris tanpa melihat Sehun sama sekali.

Setelah setengah jam berjalan-jalan berputar-putar tidak jelas, hingga tiduran di kamar Kris, akhirnya ia mendapat perhatian juga dari sang ayah. Hampir saja Sehun ingin menutup lyar laptop ayahnya.

"Papa... main yuuk," ajak Sehun.

Kris menurunkan kacamatanya. Boleh jujur Sehun mengakui ayahnya memang tampan, pantas saja jika ibunya memilih kembali bersama ayahnya daripada menikah dengan Jackson.

Kris menyerahkan sebuah buku pada Sehun. "belajarlah! Sebentar lagi SMP kan?"

Kris menepuk rambut Sehun pelan sebelum Akhirnya kembali terfokus pada lembaran-lembaran kertasnya. Sehun mendengus.

Buku adalah hal nomor dua yang ia benci setelah sayur.

"Papa~" rayu Sehun lagi.

Kris tak bergeming. Mau tidak mau Sehun membuka buku yang diberikan oleh Kris. Buku cerita bergambar berbahasa China untuk anak berumur lima tahun. Yah, itu memang cocok kata-katanya tidak rumit jadi Sehun bisa membacanya dengan leluasa. Walau nyatanya Sehun tidak membaca tapi melihat gambarnya saja.

Satu jam Sehun di kamar Kris tak membuahkan hasil.

Sehun terheran-heran. Bagaimana bisa ayahnya betah duduk di meja itu seharian? Menatap berkas-berkas hitam putih dan banyak sekali angka. Andai itu Sehun, ingin sekali ia membuang kertas-kertas itu. Sehun berpikir, menjadi dewasa pasti sangat membosankan.

Seperti ayahnya.

"Papa"

Kris bergumam. Kris mengeluarkan beberapa buku lagi untuk Sehun menyuruhnya untuk membacanya.

Sungguh Sehun muak sekali dengan sikap ayahnya. Sehun teringat sesuatu, ia akan menyogok Kris seperti ia menyogok Dokyeom biasanya.

Akhirnya Sehun berinisiatif membuatkan ayahnya secangkir kopi. Tapi karena tidak suka dengan Kopi, akhirnya Sehun ganti dengan coklat hangat. Sama sama warna gelap, pikirnya.

Sialnya, ketika Sehun akan meletakkan gelasnya di meja milk ayahnya harus bersamaan dengan Ayahnya yang akan meletakkan mapnya hinggamembuat cangkir itu jatuh mengenai lengan Sehun dan juga beberapa file nya.

"ASTAGA SEHUN! FILE KU!"

[Mengumpat] Benar-benar, Sehun begitu kesal dengan ayahnya bagimana sempatnya mengkahwatirkan sebuah file ketimbang seorang putra semata wayangnya.

"ck, bagimana bisa," gerutu Kris mengangkat beberapa filenya yang basah.

"SHIXUN BAIK BAIK SAJA APPA!" teriak Sehun sebelum akhirnya anak kecil itu pergi dengan membanting pintu kamar Kris yang megah membuat suaranya sedikit menggaung.

Kris sadar, itu tadi putranya yang marah seperti dinosaurus, bahkan ia membentak pelayan yang menanyainya.

"ya tuhan aku salah lagi."

Sehun tidur di kasurnya dengan tumpukan selimut. Sudah lama sekali ia tidak melakukan kebiasaan ini. Kebiasaan menangis, marah dan berhalusinasi di dalam selimut tebal juga membolos sekolah dengan alasan sakit.

Semenjak ia memiliki orang tua Sehun tak pernah seperti itu lagi. dan untuk hari ini khusus Sehun melakukan ini lagi.

Rasanya sakit dibegitukan oleh ayahnya. Lebih baik ia ikut dengan Suho saja daripada harus bersama dengan ayahnya. Untung sekali dulu Sehun memilih untuk tinggal bersama degan Suho dibandingkan dengan Kris.

Sehun benci ayahnya. Sangat, bahkan ayahnya tak peduli dengan tangannya yang terkena siraman coklat panas, jangan lupakan ada sedikit noda darah karena pecahan cangkir tadi.

Sehun menangis, benar-benar menangis "SHIXUN BENCI PAPA! HWAA!"

Kris duduk di pinggiran kasur Sehun, berusaha membuka selimut tebal yang menutupi wajah jelek putranya yang kini menangis.

"Shixun... cup cup cup maafkan papa"

Sehun tetap menangis keras.

"Wu Shixun putra papa...."

"NAMAKU OH SEHUN BUKAN WU SHIXUN LAGI! AKU TIDAK MEMILIKI PAPA JAHAT!" teriak Sehun kencang.

Astaga Kris sampai sweat drop melihat tingkah putranya. Menggemaskan sih melihat anaknya yang seperti ini. Sehun belum pernah meledak seperti ini sebelumnya.

"Wu Shixun yang tampan.. maafkan papa...."

Sehun tak menjawab, ia justru menggigit selimut tebalnya. Sudah bulat keputusannya ia akan merajuk pada Papanya hingga Suho datang.

"Papa membawakan mu bubble tea kesukaan mu loh." Kris meletakkan minuman kesukaan Sehun di nakasnya.

Sehun langsung mengambilnya dengan cepat, lalu meminumnya. Ia menerima minumannya tapi tida dengan permintaan maaf ayahnya

"Shixun... mau apa deh papa turuti."

"papa bahkan lupa akan mentraktir ku waffle dan teokkpokki." Kata Sehun didalam gelungan selimutnya yang tebal.

"Maaf Shixun papa sibuk sekali tadi."

"bahkan dihari libur? Papa jahat."

"maaf Shixun ayo sekarang sini, papa lihat tangan mu. Ada darah di spreimu Shixun."

"tidak mau, papa lebih peduli sama kertas dari pada Shixun."

Kris menghela nafasnya. Bagimana bisa sifat Suho yang begitu keras kepala turun pada putranya? Kalau begini akan sangat sulit. Sulit sekali untuk membujuk Sehun.

"Shixun... jangan begitu... nanti papa marah loh."

"KENAPA PAPA YANG MARAH KAN SEHARUSNYA SHIXUN YANG MARAH!" teriak Sehun. "Setiap hari papa kerja-kerja terus. Cuman awal-awla aja papa anggap Shixun anak. Jelas saja dulu mama tidak suka papa! Terus kenapa kalau papa lebih peduli pekerjaan papa, kenapa papa minta Shixun buat tinggal sama papa! Papa tingal aja sama ketasnya papa! SHIXUN BENCI PAPA!"

Lama-lama mendengar ocehan Sehun Kris bisa-bisa marah juga. Tapi ada benarnya juga sih apa yang di bicarakan Sehun.

"Shi-"

"Papa tidak peduli dengan Shixun. lebih baik Shixun tidak memiliki papa saja."

Cukup. Kris mendengarnya Sakit hati, bagimana Shixun berkata seperti itu? Padahal daritadi Kris sudah berusaha meminta maaf. Dan ini yang di katakan Sehun?

"baik kalau Shixun bilang begitu, papa benar-benar tidak peduli dengan Shixun," kata Kris tegas.

Jujur saja Sehun takut mendengar ucapan papanya yang begitu serius.terdengar suara pintu tertutup Sehun berusaha tak peduli. Padahal didalam hatinya ia takut jika papanya benar-benar serius.

"papa...." Sehun menggigit keras sedotan, sangking takutnya sedotanya sekalian ia makan hingga tak berbentuk.

"tuan muda, sini saya bantu mengobati luka," ujar salah satu pelayan.

Sehun menyerahkan tanganya sambil mengintip.

Sepertinya Kris benar-benar marah.

Bahkan ketika makan malam pun tak ada yang menyapa. Sehun beranjak terlebih dahulu dibandingkan Kris, ia tak nafsu makan. Kris masa bodoh. ia tak peduli, ia benar-benar serius dengan ucapannya.

Ketika tidur juga. Sehun tidak tidur dengan Kris, padahal biasanya mereka akan tidur bersama jika Suho datang terlambat setelah berjalan-jalan dengan Henry dan Woozi. Tapi kali ini Sehun tidak ke kamar Kris.

"Yi...." Kris mengangkat telpon dari Suho.

"apa sayang? Kau merindukan ku heum?"

Suho terkekeh dari sana. "tidak, aku merindukan Shixun ku."

Mendengar kekaishnya mencari putranay justru membaut Kris jadi badmood.

"kemana putra manis ku?"

"dia sudah tidur," jawab Kris dingin.

"tidur? ini masih jam tujuh terlalu cepat. Bisa aku melihatnya?"

Kris mengehla nafasnya kasar bagaimana istrinya bisa merindukan Sehun dibandingkan dengannya.

"Kau tidak merindukan ku?"

"kenapa sayang, tentu aku merindukan mu Yi...."

"kalau begitu fokus saja dengan ku"

Suho merasa ada sesuatu yang aneh. "Mana Shixun? Kau sedang bertengkar dengan bayi kecil ku?"

"bayi setan maksud mu?"

"Wu Yifan."

"iya-iya." Kris beralih menuju kamar Sehun.

Siapa yang tahu jika Sehun sebenarnya takut di kamar sendiri, lampunya masih menyala tapi Sehun sudah memasang tampang tidurnya, berusaha tidur. Apalagi kalau mendengar suara Kris masuk, ia memulai aktingnya.

"dia sudah tidur sayang."

Kris hendak keluar namun Sehun langsung bangkit "MAMA!"

"apa itu Shixun?"

"tidak kau salah dengar," ucap Kris acuh menahan Sehun.

"MAMA PAPA JAHAT! TANGAN KU TERLUKA DAN PAPA TAK PEDULI MAMA!" Sehun mengadu

"sayang? Ada apa? Hey... jangan membuatku khawatir, ada apa dengan tangan Shixun?"

"percayalah semuanya akan baik-baik saja, ini sudah malam tidurlah sayang kami mencintai mu," ucap Kris menutup telponnya terlebih dahulu.

"diam dan tidurlah!" tukas Kris tegas.

"KELUAR DARI KAMAR SEHUN!" teriak Sehun.

Sepertinya keduanya tak akan akur hingga nanti sang ibu datang untuk menjadi penengah mereka atau mungkin Dokyeom yang akan menjadi penenang nya. Siapa tahu? Sudahlah, kedua orang itu sedang bertengkar. Dapat di pastikan jika besok Kris tak akan mengantar Sehun, dan Sehun akan lebih memilih untuk membolos sekolah karena tidak ada Daniel di sekolah.

Slide to continue →

Family

Wu Battle pt.2

Sehun tidak sekolah.

Itu niatnya, jika saja supirnya tidak membangunkan Sehun dan membujuknya dengan mengajaknya untuk jalan-jalan sepulang sekolah nanti pasti Sehun tidak sekolah. Daniel tidak masuk hari ini, tentu saja hari ini begitu membosankan, hilang sudah teman menggosip sekaligus penasihatnya.

"Hey kenapa kau murung sekali?" tanya Lucas duduk di hadapan Sehun.

Sehun memalingkan wajahnya, malas sekali ia meladeni Lucas dan Felix.

"hari ini Daniel tidak masuk, aku dengar ia ke hawaii"

"aku juga tau itu," jawab Sehun malas.

"kau kenapa lagi? apa orang tua mu cerai lagi?" tanya Lucas.

"Lebih buruk dari itu."

Felix meminum susunya "apa? Aku kira itu bagian yang paling buruk di dalam hidup mu."

Sehun menghelan nafasnya panjang, mungkin Felix dan Lucas dapat membantu masalahnya kali ini. Meskipun pribadi Felix dan Lucas lebih kasar tak berperasaan terkadang tak logis, yah, ingat kan dulu rencana-Lucas-yang-sanga-manjur berhasil membuat ayahnya sadar. Jangan lupakan acara penculikan Sehun dulu, itu juga ide gila Lucas.

Mengingat itu Sehun memiringkan senyumnya.

"hey kau jangan gila tersenyum sendiri" Felix mengingatkan.

"Bisa kalian bantu aku?"

"tidak ikut-ikut," kata Lucas.

Sehun mendengus, "ayolah Lucas hyung! Idemu benar-benar cemerlang sekali! Kumohon bantu aku"

"Bantu apa? Nanti aku ditampar lagi oleh ayah mu! Asal kau tahu tamparan itu membuat pipi ku bengkak! Itu tangan manusia apa hulk sih!" cerocos Lucas.

"Aku janji akan membantu mu deh! Ayolah hyung! Aku belikan apa yang hyng inginkan!" Bujuk Sehun

"benarkah?"

"penjilat" kata felix langsung mendapat tatapan membunuh dari Sehun.

"yah hyung yang tampan!"

Sehun melakukan aegyo semanis mungkin. Sejujurnya itu membuat Lucas agak jijik, tampan juga sudah pasti. Tak masalah juga sih membantu Sehun, toh juga ia teman Lucas.

"Okey ceritakan apa masalah mu." Lucas duduk sok keren di bangku kayunya.

"aku bertengkar dengan Papa ku."

"lalu apa yang kau mau?"

"Aku ingin menyadarkan papa ku, masa papa ku bertengkar dengan ku. Padahalkan papa ku yang salah sudah mengacuhkan ku."

Lucas berpikir sebentar sebelum akhirnya ide keluar dari pikiran kreatif Lucas. Seperti biasa ide Lucas tak pernah biasa dan selalu agak gila. Untuk kali ini Lucas yakinkan ia tak akan di tampar oleh Kris lagi.

"Hey, Hun aku beri tahu ya. Aku tahu ide Lucas memang spektakuler luar biasa gila dan ampuh tapi," Felix menahan Sehun sebelum keluar kelas "akan lebih baik jika kalian membicarakannya baik-baik dengan segelas teh hangat dan juga lagu lawas."

"hey kenapa kau terlihat sangat tua seperti itu Felix?"

Felix menggidikkan bahunya. "jika ibu dan ayah ku bertengkar karena pekerjaan mereka yang sangat menumpuk pasti mereka mengajakku dan juga kakak ku untuk minum teh hangat sambil mendengarkan lagu lawas, kemudian mereka menari bersama. Berbicaralah baik-baik dengan papa mu."

"hey Felix aku beritahu yah," Sehun menepuk pundak Felix. "Pertama Mama ku tidak ada di rumah, kedua ayah ku saja tidak mau menoleh saat aku panggil, ketiga masalah kita muncul ketika aku ingin mengajak ayah ku minum coklat. Udah ya itu adalah hal yang paling buruk tentang ayah ku beberapa hari ini mohon di ingat"

Felix mengangguk paham, kemudian memberikan Sehun pergi.

"Oh ya Felix. Keluarga mu menyenangkan sekali. Padahal papa dan mama mu sama-sama bekerja. Aku iri padamu" kata Sehun.

Sedikit sedih mendengar pernyataan Sehun. Bukan sedih tapi simpati. Diantara mereka berempat keluarga yang peling normal hanyalah Felix.

Ayah Daniel adalah tentara yang tak tentu pulang nya. Daniel biasa menghabiskan waktunya dengan wali kelas Byun dan kekasihnya Atau mungkin di titipkan pada sepupunya Ong Seungwoo. Ibunya seorang bakery di pusat kota, pulangnya biasa larut.

Lucas orang tua nya sudah cerai sejak kelas empat SD. Dulu Lucas jarang sekali masuk sekolah karena pertengkaran orang tuanya, sekali masuk pasti ada luka lebam di tubuhnya, terkadang larut baru ia pulang ke rumah, baisanya ia akan bermain dengan Felix dulu. Karena hanya Felix yang tahu bagaimana ayah Lucas memerlakukannya.

Sedangkan Sehun. Ceritanya sudah tak perlu di ceritakan lagi, kalian bisa membacanya. Terlalu suram dan membingungkan. Marganya saja berganti. Anak siapa, tinggal bersama siapa, adiknya siapa, cucunya siapa. Terlalu rumit untuk dijelaskan.

Hanya Felix yang bahagia. Kakak nya kelas dua SMP begitu menyayanginya dengan tanda kutip sering membullynya tentu dengan kasih sayang. Sedangkan ibunya seorang editor majalah, ayahnya jaksa. Walaupun terlihat sibuk tapi keduanya masih sering memiliki waktu luang bersama.

Mungkin karena alasan itu Lucas dan Daniel memiliki ide yang cemerlang untuk mengatasi masalah Sehun yang baru memiliki kedua orang tua.

Tapi ide Lucas begitu gila.

"DIMANA LAPTOP PAPA SHIXUN!" teriak Kris.

Yah, ide gilanya adalah menyembunyikan Laptop Kris, seharusnya ia tidak ketahuan andai saja jika salah satu pelayan tidak melihat Sehun yang membawa laptop Kris pasti ini tak akan terjadi. Jika saja Donghae masih hidup pasti Sehun sudah menyuruh Donghae untuk memcat pelayan itu.

Sehun menggeleng "tidak mau!"

Kris berdecak, ia tak bodoh begitu saja. Saat sang pelayan mengatakan Sehun menyembunyikan laptopnya Kris langsung mengambil benda kesayangan Sehun.

"RILLAKUMA KU!" Sehun bersaha menggapai rillakumanya.

Agak kagum, kenapa ayahnya bisa begitu tinggi hingga sulit sekali mencapai benda terfavoritnya itu. Dalam hati Sehun berdoa jika ia bisa tumbuh tinggi seperti papanya

"kembalikan laptop papa dulu Shixun! Jika tidak papa buang boneka mu!"

Sehun menggeleng kecil.

"MAMA! PAPA JAHAT!" teriak Sehun ketika melihat Kris benar-benar membuang nya ke luar jendela.

Sehun langsung berlari memasuki kamarnya tak lupa mengunci pintu kamar agar Kris tak dapat masuk seenaknya saja.

Tak habis pikir jika Kris benar-benar membuang boneka dari Luhan. Kris tak mengerti betapa berharganya boneka berharga itu? Apalagi Luhan sudah tidak di Korea lagi, hanya itu dan sebuah ciuman di pipi kanan Sehun yang menjadi kenang-kenangan dari Luhan. Oh, jangan lupa kenangan mereka.

Sehun menangis mengingat nasib boneka itu. Entah itu ada dimana dibalik semak-semak belakang rumah mereka mungkin? Atau di taman belakang rumah mereka. Biar pak kebun yang akan menemukan. Sehun marah dulu pada Kris, ia akan mogok makan, bahkan ketika ibunya datang nanti, biarlah Suho yang akan memarahi Kris.

Padahal Laptop Kris hanya di sembunyikan, tidak sampai di buang. Melihat laptop Kris di nakasnya Sehun benar benar ingin membanting laptop itu sampai rusak. Tak peduli seberapa mahal harganya pasti ayahnya dapat membili yang lebih bagus lagi. Mungkin ada File yang berharga disana tapi Sehun yakin ayah nya pasti punya salianan nya.

Sehun sudah menagangkat laptop Kris, bersiap-siap untuk membantinganya.

"SHIXUN BENCI PAPA!" teriak Sehun sebelum ia benar-benar membanting laptop milik ayahnya.

Malam itu begitu suram. Bagi Kris juga bagi Sehun. Sehun benar-benar mogok makan, pintunya tertutup rapat lampnya mati yang menyala hanyalah lampu di nakasnya. Mata Sehun sembab lelah menangis seharian. Laptop Kris memang rusak, layarnya ruask total Sehun benar-benar murka dan yang pasti Kris juga marah.

Sementara itu dari tadi sore Kris berusaha menelpon Guan Lin menanyakan apa semua file nya sudah di backup. Seakan-akan mengerti saat-saat seperti ini akan tiba. Semua file nya sudah tersalin rapih di Google drivenya. Ada satu dua file yang mungkin belum tersalin tapi itu baik-baik saja, Kris tak akan kesulitan untuk mengoreksinya ulang. Jika tidak, ia akan menyuruh Guanlin yang mengoreksinya.

"Guan Lin belikan aku laptop baru!"

"Ay yay kapten."

"besok senin sudah harus ada di kantor lengkap dengan semua filenya!"

"Baik presedir, akan aku carikan malam ini!"

Kris mematikan sambungan teleponnya. Besok Suho datang, ia berharap semuanya ini akan berakhir secepatnya jiak ia tidak mau Suho marah besar dan mentalaknya lagi.

"ya tuhan sayang bantu aku." Kris mengusap foto Suho di dalam layar ponsel nya.

Family

Wu battle (pt.3)

Kris membaringkan tubuhnya di atas kasur. Bukan berarti laptopnya disita oleh putranya –Walau faktanya sudah hancur, Kris tidak bekerja. Presedir Wu kini memantau perusahaannya lewat tab miliknya. Hanya butuh beberapa menit saja kemudian ia mengganti tabnya dengan sebuah novel berbahasa inggris.

Belum sampai satu bab, pikirannya sudah tak enak.

"Suho sayang." Kris menelpon kekasih hatinya.

"hem iya sayang? Kau belum tidur eoh? Ini sudah jam sebelas."

Kris terkikik, "kau mengkhawatirkan ku? Aku kan selalu tidur larut. Iya jika dirimu yang tidur jam delapan."

"tidak, tidurku juga kadang larut kalau sedang menulis!"

"iya-iya."

"ada apa kenapa menelpon? Kau merindukan ku?"

Kris bergumam, "tentu aku begitu merindukan malaikat ku. Aku begitu merindukan senyuman mu sayang"

"kau merindukan senyuman ku atau tubuh ku heh?" tuduh Suho.

Kris tertawa keras, "dua-duanya, bahkan aku rindu desahan mu."

"Ahh Yifannh... eunghh..."

"Wu Suho kau ingin melakukan P.S?"

Suho yang kali ini tertawa, "Jangan! Sudah cukup dasar Wu mesum!"

"kau yang memulai duluan."

"kau duluan Wu."

"tapi kau yang mendesah."

"ah iya-iya aku mengalah, memang nya ada apa? Apa kau hanya merindukan desahan ku? Bisa aku rekamkan nati ketika aku bermain dengan salah satu pria macho di pantai ini."

"Awas saja sampai kau lakukan, aku pastikan kelinci kecilku ini memanggil ku daddy seharian."

"Dasar mesum."

Kris tertawa "kalau begitu cepatlah pulang, kapan pulang?"

"Em... besok sore mungkin, atau malam? Dokyeom dan Woozi ingin melihat kembang api disini, ada festival kau tahu? Aku juga tertarik untuk melihatnya."

Kris menghela nafasnya panjang, sedikit kecewa mendengar jawaban dari sang istri. Urusan dirumahnya begitu rumit. Yah walaupun urusannya hanyalah Sehun seorang.

"Sayang," panggil Kris manja.

"apa? Kau manja sekali heum, baru dua hari loh aku meninggalkan mu. Aku tak dapat mengira dulu saat kita bercerai gila mu seperti apa."

"Jangan begitu, aku benar-benar merindukan mu sayang."

"Kau mau VC? Aku juga merindukan wajah suami ku beserta putra manis ku. Ngomong-ngomong mana Shixun? Aku tak mendengar suaranya"

"dia sedang keluar."

"jam sebelas?"

"maksudku ke kamar mandi."

Suho menjawabnya dengan sebuah 'O' panjang. Tak lama Kris meminta izin untuk mematikkannya, dengan berat hati Suho mematikkannya sudah dua hari ini ia begitu merindukan Sehun kesayangannya. Kris terlalu sering mengatakan Sehun tidur atau sibuk apa.

Suho jadi curiga. Yang sibuk itu Kris atau Sehun?

Sayang, kau tidak ada masalah dengan Sehun kan?
-Suho

Kris menengak ludahnya kasar, kenapa istrinya menjadi cenanyang seperti ini?

Tentu tidak sayang, percayalah besok aku akan menjemputmu dan Dokyeom dibandara.
-Yifan

Kris meletakkan ponselnya. Pikirannya menerawang beberapa hari yang lalu ketika pertengkarannya bersama Sehun dimulai.

"SHIXUN ASTAGA! FILE KU!"

"SHIXUN BAIK-BAIK SAJA PAPA!"

"Kembalikan laptop papa atau papa buang boneka kesayang mu?"

Ya tuhan sejahat itukah Kris pada putranya. File itu memang kurang penting baginya, karena pasti rekapan pembelanjaan ada di tangan Kyungsoo.

Kenapa Kris baru menyadarinya? Ya tuhan!

Kris langsung melesat keluar kamar.

Toktoktok

"Shixun."

Tak ada jawaban.

"Shixun sayang maafin papa."

Kris melihat jam di ruang tengah, mungkin ini sudah terlalu larut untuk Sehun bangun. Rumah begitu sepi tak ada suara kecuali lonceng jam yang berdentang satu kali.

Udah Jam satu.

Lama banget kan?

Pada akhirnya Kris menyerah dan kembali ke kamar. Besok ia harus bisa berbaikkan dengan putranya.

Di dalam kamar, sehun belum tidur. Bagimana mau tidur jika ayahnya menggedor pintu kamarnya seperti membangunkan Sahur satu RW. Yang ada Sehun terbangun karena suara ayahnya sayn gsangat berisik.

"Shixun maafin papa..." Sehun mendengarkan dari dalam selimut, tapi tangannya di tutup di telinganya.

"Besok sarapan sama papa ya... papa kangen sarapan sama Shixun. Tidur yang nyenyak anaknya papa."

Setelah itu Sehun tidak mendengar apa-apa lagi. Sepertinya Kris sudah menyerah. Sehun memang umurnya masih kecil, jadi ia teruskan saja merajuknya hingga pagi menyambutnya.

Kris masih mencoba membuka pintu Sehun yang terkunci rapat. Ini adalah hari terakhirnya sebelum nanti malam Suho datang.

"sayang Shixun papa minta maaf, ayo makan. Papa buatkan sushi kesukaan Shixun," bujuk Kris.

Sehun tak menjawab.

Tidak sabaran Akhirnya Kris menerobos masuk. Bukan di dobrak pintunya, tapi lewat jendela kamar Sehun yang lebar. Untunglah putranya tidak mengunci jendela kamarnya juga.

"Shixun sayang??"

Kris membuka selimut Sehun secara paksa. Terlihat Sehun meringkuk di kasurnya, AC-nya menyala normal seperti biasa tapi tubuh Sehun begitu tinggi.

Ya tuhan, ia bilang apa pada Suho nanti? setidak becuskah itu ia menjaga putranya?

Next slide to part 4 →

Family

Wu battle (Last Part)

Kris bilang apa ke Suho nanti sudah melukai putranya. Tanpa babibu Kris langsung membawa Sehun ke rumah sakit, hanya sekedar memerikasanya, ia tak mungkin menginapkan Sehun di rumah sakit. Bahaya jika Suho tahu, surat perceraian bisa jadi akhir kisahnya, padahal umur rujuk mereka baru tiga bulan.

"dia baik-baik saja, makan yang tertur dan minum obat penambah darah nanti kesehatannya akan pulih secara perlahan."

Kris menghela nafasnya perlahan.

Anak ini persis seperti ibunya, kepikiran sedikit langsung sakit, batin Kris.

Kris menidurkan Sehun di kasur miliknya. Ia mengopres kening sehun dengan air dingin kemudian. Menunggu hingga putranya terbangun.

"eung... papa..."

Sehun membuka matanya perlahan. Kris langsung menggenggam tangan Sehun, menatapnya hangat.

"kenapa sayang? Kau ingin sesuatu?"

Sehun menggeleng kecil.

"mama mana?"

"mama akan datang nanti malam."

Perlahan Sehun berusaha melepaskan tangan besar ayahnya darinya. Sehun masih dalam mode merajuk. Melihat tingkah putranya seperti itu, hati Kris mencelus. Sesakit ini rupanya di hianati anak sendiri.

"Shixun makan dulu ya... Papa ambilkan bubur."

Sehun menggeleng, ia memalingkan wajahnya.

"papa bawakan Shixun Sushi."

Sehun masih tak menjawab.

"Shixun..." Kris memanggil putranya lembut.

"Papa minta maaf sayang, iya papa salah sudah jahat ke Shixun kemarin. Maafin papa ya? Papa janji gak bakal jahat lagi ke Shixun."

Sejenak keheningan yang mengisi. Kris ingin sekali menyerah tapi dua belas jam lagi Suho datang. Ah bukan karena Suho, Kris juga ingin akur dengan putranya.

"Papa selalu janji tapi tak pernah menepati. Dulu harabeoji mengajarkan ku untuk tidak sering-sering berjanji... karena orang yang berjanji belum tentu menepati."

Kris menggigit bibirnya keras. Astaga, kenapa anaknya bisa sepuitis Suho sekarang? Kris jadi berkali-kali lipat merasa salah.

"maaf Papa belum bisa jadi papa yang baik buat Shixun, kayak papanya temen-temen Shixun," Kris sedikit terisak.

"Shixun kasih papa kesempatan sekaliii lagi ya... Hari ini Papa punya Shixun deh, Shixun minta apa papa turutin," Bujuk Kris.

"Shixun mau mama," jawab Sehun.

Kris sekali lagi di jatuhkan oleh putranya. Kris tidak menghindar, ia tidur di sebelah Sehun, meletakkan lengannya di kepala Sehun menjadikan tangannya sebagai bantalan Sehun tidur.

Sehun menoleh pada Kris.

"Kau mau papa ceritakan sesuatu?"

Sehun tak menjawab, wajahnya ia palingkan lagi. Bahkan tidurnya membelakangi ayahnya. Kris sabar Ya tuhan, demi sempak spongebob nya Ceye eksu.

"Shixun" panggil Kris.

Sehun tak menjawab, sungguh telinganya sangat panas mendengar Kris.

"Jika tidak menoleh pada papa nanti Shixun papa serang loh" ancam Kris.

Sehun justru menutup matanya tak peduli.

Hitungan mundur dari angka tiga terdengar dari mulut Kris, Sehun tak peduli. Ia masih memikirkan bagimana nasib boneka rillakumanya? Pasti sudah sendirian kedinginan diluar sana.

"AKH! PAPA!" teriak Sehun spontan.

Kris langsung menyerang titik kelemahan Sehun tepat di leher dan pinggannya.

Ini yang dimaksudkan Kris menyerang. Alhasil Sehun tertawa keras. Kris berasil membuat putranya tertawa keras, ada kebanggaan tersendiri melihat putranya meminta ampun padanya.

"ahh! Papa ber-berhen ahahahahah! Papa! Shixun meneyerah"

Teriakan Sehun lama kelaman beubah, nafasnya juga tersenggal. Kris menghentikan acara menggelitiki putranya. Nafa Sehun semakin tercekat, seperti orang asma. Kris langsung mengambilakn air, setelah menyuruhnya minum Kris membaringkan tubuh Sehun lagi, menenangkan agar nafasnya normal lagi.

Beberapa menit kemudaian nafas Sehun normal. Hampir saja ayah kandungnya membunuhnya.

"Sudah baikkan?"

Sehun tak menjawab.

"Shixun makan dulu ya? Ini sudah jam sepuluh"

Kris meletakkan bubur dan juga sepiring Sushi buatannya. Satu piring penuh Sushi maksudnya. Kris tahu Sehun dan Suho dua orang itu sama, tak ada yang bisa menolak Sushi buatannya.

"ini obatnya, papa tinggal dulu." Kris mengecup putranya kemudian pergi keluar.

Dari luar Kris mengintip bagaimana Sehun memakan bubur buatan Chef Jang. Hanya tiga suapan kemudain berhenti, kembali berbaring. Kecewa melihat Sehun tak melirik makanan buatn Kris sama sekali. Kris ingin mengambil makanan buatannya lalu meletakkan ke dalam lemari pendingin agar bisa dimakan Suho nanti.

Belum Kris memasuki kamar, Sehun terlihat mengambil satu sushi dengan ikan salmon di atasnya. Sempat melirik kanan kiri Kris kembali bersembunyi, kemudian mengintip lagi bagimana Sehun memakan Sushi itu sangat lahap hingga tersisa satu.

Kris tersenyum senang.

"Sushi buatan papa enak kan?" Kris tiba-tiba mucul.

Sehun langsung kembali tidur dengan mulutnya yang penuh dengan Sushi terakhir.

Kris tertawa. "jangan bohong Shixun"

Sehun duduk, ingin ia muntahkan saja Sushi buatan papanya. Ia tak tahu jika itu Sushi buatan papanya. Rasanya lebih enak dibandingkan dengan Chef Jang yang sudah pernah menjadi koki di restoran berbintang.

"Yak yak! Shixun jangan dimuntahkan! Wae!" Kris menahan Sehun yang ingin memuntahkan Sushi.

Lidah Sehun tidak bisa berbohong, pada akhirnya ia menelan juga Sushi yang sangat lezat itu.

Kris memberikan segelas air putih setelah putranya meminum obat. Sedikit batuk di akhirnya, namun Sehun baik-baik saja.

Kris mengusap punggung putranya pelan "sudah baikan?"

Sehun hanya melirik, kemudain kembali berbaring.

"Shixun ingin apa lagi?" tanya Kris.

"papa kenapa tidak menyerah saja?" Sehun justru tanya balik.

Alis Kris terangkat, "kenapa harus menyerah? Papa kan sudah janji kan, hari ini jadi milik Shixun"

Sehun terdiam.

Kris mengusap rambut Sehun lembut, tatapannya menghangat. "Kau seperti mama mu ketika merajuk dulu Shixun."

Sehun tak menjawab.

"Asal Shixun tahu, Shixun sama menyebalkan dengan ibunya sekarang ini. Merajuk tanpa akhir sampai Papa buatkan Sushi. Dulu mama mu pernah menyarankan Papa membuat resotran Sushi saja. Papa sih iya-iya saja sampai akhirnya ada seorang wanita yang makan Sushi buatan papa selain mama mu. Lalu mama mu marah seharian."

"Papa selingkuh dari mama," jawab Sehun.

Kris tertawa, "bagimana Papa selingkuh jika yang makan itu nenek mu Shixun? Bisa-bisa pawangnya marah Shixun."

"lalu kenapa mama marah?"

Kris menggidikkan bahunya "entahlah, mungkin itu karena Mama sedang mengandung mu."

"memangnya orang hamil selalu begitu? Ayah Hwal pernah disuruh mencari kijang di hutan saat hamil adiknya Hwal."

Kris tertawa, mungkin itu ekstreem tapi tak se ekstreem cerita saat Suho tengah mengandung Sehun.

"Kau tahu Mama pernah menyuruh papa untuk melakukan apa?"

Sehun menggeleng.

"Mama pernah meyuruh Papa untuk pergi ke eropa dengan memakai pakaian wanita lalu berfoto dengan salah satu pelayan di sana, yang jelas mama mu mengantarkan papa hingga ke Eropa!"

Sehun tertawa "papa punya foto nya? Shixun mau lihat!"

"Tidak! Sudah papa hapus fotonya," Jawab Kris cepat.

"Lalu mama pernah minta apa lagi?"

"hem... Mama mintanya terlalu aneh-aneh sayang. Dan parahnya papa yang harus makan."

"Makanan apa yang paling aneh?"

"sebenarnya Shixun masakan Mama itu tidak enak, dan semasa pacaran dulu Papa yang harus makan hingga habis"

"tapi sekarang makanan mama enak kok" Sehun mengingat-ingat masakan Suho yang sering dibuatkan.

Kris mendengus "itu sekarang, dulu mama selalu ke sekolah hanya untuk mengatarkan makan siang."

"Mama teralu baik untuk papa."

"Ya tuhan Shixun kau tidak tahu? Dulu mama mu itu sangat dekat dengan banyak sekali pria di luar sana!"

"termasuk Henry, dan Jongin Ajusshi?" tanya Sehun polos.

"ah iya itu hanya sahabatnya sih," jawab Kris "tapi Mama mu itu selalu pulang larut dengan pria lain. Bagimana papa tidak marah?"

"itu kan hanya temannya saja."

"Tapi mama mu kan sudah punya Papa, kenapa tidak telpon papa?"

"papa terlalu sibuk mungkin?"

Kris berpikir sebentar, mungkin apa yang dikatakan oleh Sehun benar. Dulu saat kuliah Kris memang terabung dalam beberapa organisasi. Tak mungkin bisa sesering itu untuk mengantar Suho pulang.

"Papa itu terlalu sibuk dengan dunia papa. Papa harus sekali-kali mengajak mama pergi, sama Shixun dan Dokyeom hyung juga."

Kris mengangkat sebelah alisnya, "Shixun ingin jalan-jalan?"

Sehun mengangguk.

"Shixun dan Dokyeom hyung aslinya ingin pergi ke vila Harabeoji di tibet, tapi Papa selalu sibuk sama mama. Apalagi kemarin mama habis operasi."

"kalau begitu begaimana jika liburan besok kita kesana? Papa mengurus cabang di Jepang dulu"

Sehun berpikir sebentar "Walaupun sudah sering, Liburan ke Jepang juga tak masalah"

Kris menepuk pelan kening putranya.

"Bilang saja minta jalan-jalan."

Sehun tertawa kecil.

"pergi ke Jeju juga boleh, atau ke Fiji? Bagimana kalau Bali? Aku ingin ke asia tenggara Papa katanya makanan di daerah sana enak!"

"kata siapa?"

"Dokyeom hyung," jawab Sehun polos.

"baiklah besok kita kesana."

"besok?"

"yah bukan besok juga."

"kan papa bohong."

"dasar Shixun, dulu Dokyeom menjaga mu seperti apa?" tanya Kris.

Bagimana anakanya bisa sangat menjengkelkan? Dulu Dokyeom dan Donghae pasti sangat kesusahan untuk merawat putranya. Jelas saja dulu Dokyeom memanggil Sehun dengan sebutan 'setan Kecil' Sampai sekarang sih.

"papa beneran mau tau?"

Kris mengangguk.

Lantas Sehun menyentuh rambut Kris. Awalnya Kris diam, menunggu apa yang dilanjutkan oleh Sehun, hingga akhirnya Sebuah tarikan keras dari tangan Sehun membuat Kris menunduk dnegan meringgis kesakitan.

"DASAR SETAN KECIL!" teriak Sehun menirukan Dokyeom.

Kris melepaskan tangan Sehun dari rambutnya, rasanya itu rambut sudah banyak yang tercabut dari asalnya. Belum lagi telinganya yang berdengung karena suara Sehun yang super keras.

"Dulu Dokyeom seperti itu pada mu?"

Sehun mengangguk "jahat kan pa?"

"Emang Shixun habis ngapain Dokyeom?"

Sekali lagi Sehun menjambak rambut Kris dengan keras, sama seperti tadi Sehun berteriak tapidengan kalimat yang berbeda.

"PELAYAN PAYAH!"

Lagi-lagi Kris meringis kesakitan. Walaupun sakit kekuatan putranya super sekali. Tak heran jika dulu istrinya pernah ngidam untuk makan sirip hiu ekstra pedas berkuah susu coklat. Hanya satu suap saja tapi putranya bisa sekuat ini.

Jangan tanya siapa yang menghabiskan pastinya Kris yang mengabiskan makanan jadi-jadian itu.

Melihat Kris tersiksa seperti itu adalah kesenangan tersendiri. Sekaligus ia mau balas dendam.

"Shixun mau mengerjai papa ya!"

Sehun menggeleng, "kan hari ini papa milik Shixun."

Kris mengangguk pasarah, menuruti kemauan putranya.

"papa mau jalan-jalan," mintanya "Tapi di gendong papa."

Mata Kris membola, bagimana bisa? Bisa-isa tulangnya patah, Sehun sudah besar sekali. Yah, walalupun Kris sering menggendong Suho sambil bergerak-gerak :^).

Sehun merengek dan akhirnya Kris menyerah juga, ia berbalik memunggungi Sehun "ayo papa Gendong"

"Ayo ketaman!"

"Shixun lapar papa!"

"Papa Shixun mau ke sana!"

"papa!"

Ya tuhan, punggung Kris benar-benar sakit. Ini putranya atau putra setan sih? Kris sampai bingung sendiri menghadapi anak nya. Perasaan dulu Suho belum pernah ngidam setan.

"papa jalan-jalan ke kota yuk! Aku mau sombong punya papa yang hebat dan kuat hehehe..."

Bukannya senang justru, Mata Kris membola. Sungguh putranya benar-benar kurang ajar. Namanya juga sedang masa balas dendam pasti Sehun memanfaatkan kesempatan dengan baik.

Tiba-tiba muncul sebuah ide. Entah itu baik atau tidak, yang pasti itu ide Kris.

Kris menurunkan Sehun. "Kita ganti posisi dulu ya."

Kris merenggangkan ototnya sebentar, terdengar bunyi 'kratak' seperti tulang patah. Sehun puas mendengar suara tulang ayahnya. Penyiksaannya berhasil.

Kris mengangkat Sehun ala bridal. Kemudian melempar Sehun beberapa Kali hingga membuat anak itu ketakutan.

Bagimana tidak ketakuatan jika di sebelahnya itu sudah kolam renang.

"PAPA TURUNKAN SHIXUN!" teriak Sehun memeluk leher ayahnya erat.

Kris tersenyum lebar. Bukannya berhenti Kris justru semakin bahagia menggoda putranya. Hingga pukul empat mereka akhirnya memutuskan untuk bermain-main di kamar saja. Entah itu bermain PS, bermain lego atau apapun yang bisa mengisi waktu luang mereka.

"Papa Shixun mengantuk."

Sehun menguap.

Kris membuka kancing baju Sehun, menggantinya dengan piyama tidur bermotif garis-garis. Setelahnya Sehun merangkak meniki kasur empuknya.

"Papa...."

"iya Shixun?"

"em... Shixun minta maaf kemarin Shixun salah."

Kris menagngguk, bahkan Kris sudah melupakkannya.

"Shixun kemarin em...," Sehun agak ragu mengatakkannya, tapi mungkin ini setimpal degan perbuatan ayahnya kemarin "Laptop papa Shixun rusakan."

Takut di marahai Sehun bersiap-siap menerima pukulan Kris. Tapi yang di dapatkan justru usapan lembut di pucuk kepalanya.

"Shixun tidak salah maafkan papa." Kris mengecup kening putranya.

Tak lama Kris mengeluarkan sesuatu di balik punggung nya.

"Rillakuma ku!" kata Sehun antusias langsung memeluk Rillakuma dari Luhan.

"maafkan papa sayang, papa memeng egois."

"ta-tapi papa laptop papa sudah Shixun kubur"

Kris tertawa, rupanya jedela yang tidak di tutup itu karena Sehun mengubur laptopnya? Tadi pagi Pak kebun bilang saat akan menanam bunga ia menemukan laptop Kris terkubur di pekarangan. Jangan tanya bentuknya bagaimana, Kris tak peduli.

Sekarang yang ia pedulikan hanya putranya yang senang karena mendapatkan bonekanya kembali.

"hey tak masalah Guanlin ajusshi sudah membelikan papa laptop baru, jangan bersedih" Kris kembali mengusap rambut Sehun.

"terimakasih papa," Sehun tersenyum senang, kemudian memposisikan tubuhnya untuk tidur.

Jangan tnya bagimana Kris mengembalikan boneka kesayanagn Sehun. Malam-malam setelah mengirimkan pesan pada istrinya, Kris langsung ke taman belakang mencari boneka milik Sehun sampai-sampai dikira pencuri oleh security rumahnya sendiri. Belum lagi security nya bilang

"tadi sudah di bersihakan Pak kebun, meungkin sudah di buang ke tong sampah."

Perjuangan Kris di lanjutkan harus mencari di tong sampah tengah malam, betapa gelap dan joroknya. Andai Sehun bukan putranya, andai itu juga bukan dari kekasih Sehun pasti Kris tak peduli. Setidaknya tidak sia-sia pengorbanannya. Kris menemukkannya. Dimalam itu juga Kris mencucinya, tentnunya dengan mesin cuci yang di tambahkan satu botol pewangi dan deterjen agar baunya hilang total.

Perjuangan yang tak akan pernah Kris lupakan.

"PAPA, ADIK MENYEBALKAN! KAMI PULANG!" teriak Dokyeom senang.

Tak ada jawaban, rumah terasa begitu sepi. Sangat sepi.

"Papa sama setan menyebalkan itu mana yah ma?" tanya Dokyeom.

Suho menyentil kening Dokyeom. "dia itu adik mu Dokyeom."

Dokyeom memperlihatkan giginya tersenyum, kemudian ia beralih menuju dapur meletakkan beberapa oleh-oleh. Ada satu tas besar untuk oleh-oleh Sehun. Jangan tanya bagitu-begitu Dokyeom sangat menyayangi Shixun, oleh-olehnya saja khusus.

-UNTUK SHIXUN ADIK TERJELEK DAN MENJENGKELKAN YANG PALING KU SAYANG NOMOR DUA SETELAH JISOO-

Sementara itu Suho melihat kamarnya masih rapih tak ada siapa-siapa. Ia pergi menuju kamar Sehun.

Rupanya disini mereka.

"ya tuhan dasar yah, anak dan papa tidak ada bedanya"

Suho tertawa kecil melihat kedua orang yang ia sayangi tidur dengan pose tidak jelas. Sehun menndang Kris dengan dua orang itu posisi mulut terbuka. Ah jangan lupa sepertinya Sehun mulai belajar mendengkur dari Kris, berlomba-lomba menyaingi keras dengkurannya.

Untunglah mereka tidak bertengkar, batin Suho lega.

"ya sudahlah aku memaafkan mu karena lupa menjemput kami, selamat tidur."

Suho mengecup Kris dan Sehun bergantian, kemudian pergi.

"mama..." igau keduanya.

Angst

Volunteer

"Ya! Buang sampah yang benar!" Teriak seorang wanita.

"untuk apa? Lagi pula sudah ada petugas yang membersih kan" jawabnya.

Laki-laki itu hanya duduk di bangku taman sambil memandangi perempuan yang tengah memunguti sampah yang berserakan.

" Untuk apa kau berdiam disana? Pulang lah sudah malam" Usir perempuan itu tiba-tiba.

Laki-laki itu hanya terkekeh mendengarnya, "apa kau tidak lelah memunguti sampah sebanyak itu?"

Perempuan itu tak menjawabnya.

"jual mahal sekali" gumamnya sambil membantu perempuan itu memunguti kaleng-kaleng yang berserakan.

"Untuk apa kau ikut memunguti nya?"ucapnya tanpa menolehkan wajahnya.

"Aku kasihan pada mu" jawabnya singkat.

" Hah! Lebih baik kau kembali saja jika tidak ikhlas" Balasnya.

" Hey untung saja aku mau membantu mu setidaknya ada yang membantu" Ucapnya menghentikan acara memungutnya.

Perempuan itu hanya melirik laki-laki itu dengan kesal.

Setelah selesai memunguti sampah mereka beristirahat duduk di bawah pohon Maple.

" Hey, kenapa kau melakukan nya?" Ucap laki-laki itu memulai pembicaraan.

Perempuan itu menoleh kan wajahnya" melakukan apa?"

"memungut sampah" jawab laki-laki itu sambil menunjuk sekantung keresek.

"Bumi ini butuh orang yang peduli"

" hanya itu saja?" gumam laki laki itu sambil tersenyum meremehkan.

"Jika dipikir-pikir manusia bisa hidup dan menjadi modern seperti ini juga karena alam, mereka yang sudah menjaga kita dan menemani kita disaat hujan, kelaparan, kesepian dan yang lebih hebat nya mereka yang membuat manusia menjadi semaju ini. Sayangnya banyak orang yang melupakan mereka. Jika di pikirkan rasanya akan merasa bersalah semur hidup jika sekarang dengan seenaknya kita melupakan nya. Bahkan mengganggu hidup mereka. Jadi aku memutuskan untuk menolong mereka seperti ini. Sebagai rasa terima kasih" jelasnya sambil menatap langit malam yang penuh bintang.

Laki-laki itu menatap perempuan itu tak percaya "Tunggu itu artinya.... setiap malam kau membersihkan tempat ini"

Perempuan itu hanya menangguk imut.

"Sendiri?"

Perempuan itu kembali menagguk, "tak usah kaget seperti itu, lagi pula aku juga senang dengan apa yang aku lakukan ini, terkadang.... setiap hari aku bertemu dengan orang yang bermacam-macam. ada yang hanya diam saja melihat ku, ada yang mengolok ku, bahkan yang lebih parah terkadang ada yang menggoda ku. Tapi terkadang ada yang ikut membantu Salah satu nya dirimu." Jelas nya sambil tersenyum.

Laki-laki itu hanya memandang wajah cantik wanita itu. Senyuman indah yang telah terpatri di wajahnya telah membuat nya kagum.

"Jun, Kim Junmyeon" Jun mengulurkan tangan nya.

Yifan membalas jabatan tangan Jun.

"Yifan. Wu Yifan"

Semenjak hari itu setiap malam Yifan pergi menghabiskan waktu nya ke taman itu untuk menolong perempuan bertopi oren itu memunguti sampah dan kaleng-kaleng yang berserakan. Terkadang mereka bergantian membawa bekal untuk mereka makan bersama.

Hari ini cuaca di Seoul sedang mendung tak bersahabat, Yifan menyibakkan gorden kamarnya dan menatap langit malam yang berwarna ke merah-merahan. Biasanya pada jam-jam seperti ini bintang bertebaran menemani sang bulan terkadang angin berhembus menerpa topi yang di kenakan oleh Jun.

Malam ini Yifan mengurungkan niatnya untuk pergi ke taman, bukan karena cuca yang tidak bersahabat. Melainkan kondisi nenek nya yang sedang kurang sehat memaksa nya untuk betah dirumah beberapa saat ini.

Yifan merebahkan tubuhnya dikasur, terkadang senyumnya merekah ketika memorinya terputar beberapa hari lalu. Larut dengan memorinya tiba-tiba Yifan menolehkan wajahnya pada jam tanganya.

"Masih ada waktu" Batinnya lalu bangkit dari kasurnya.

Yifan menyambar coat nya dan mengambil sebuah payung melesat keluar rumah.

"Yifan! Mau kemana malam-malam begini?" Teriak Nyonya Wu sambil menjewer anak nya yang hendak keluar.

" Aish! Sakit Ma!" Ringgis nya kemudian jeweran nya di lepaskan oleh Wu.

" Jujur saja kau mau kemana? Pasti kau akan pergi dengan Kai, Sehun, dan Chanyeol kan? Lalu pulang dengan keadaan mabuk!" selidik Nyonya Wu.

"Aku hanya ingin mencari udara ma!" Jawab nya asal.

"Hujan deras begini cari udara? Kurang oksigen kamar kau?" balas Nyonya Wu.

"bukan be-"

"seharusnya Mama meninggalkan mu di China saja bersama paman Feng. Disini kelakuan mu semain buruk sekali" Ucap nya.

"Mama tidak tahu, sejak mama meninggalkan ku 2 minggu yang lalu, aku tak pernah menyentuh alkohol lagi."bentak Yifan.

"Kau pikir Mama bisa percaya pada mu?!" Bentak nya tak kalah keras dengan Yifan.

"Cindy!" Panggilan dari nenek Yifan menghentikan aktivitas perdebatan mereka.

"Yifan kembali kekamar mu sekarang!" Tukas Nyonya Wu menunjuk kama Yifan.

"ini penting ma!"

"masih banyak udara di rumah ini!"

Mau tidak mau Yifan berjalan gontai menuju kamarnya. Setelah melihat pintu kamar ananknya tertutup Cindy segera mendatangi kamar ibunya. Beberapa menit setelah kejadian itu Yifan kembali melakukan aksi kaburnya dengan cara mengendap-endap menuju pintu keluar. Sebelum keluar melewati pintu Yifan melirik pintu kamar nenek nya yang sedikit terbuka. Ia memberi isyarat terima kasih pada nenek nya yang membuat ibu nya sibuk sesaat.

Yifan berlari menuju taman tempat ia biasa bertemu dengan perempuan bertopi itu di dekapnya sebuah paper bag berwarna pink agar tidak terkena tetesan hujan. Hari ini genap 1 bulan Yifan menghabiskan waktunya bersama Jun, ia berniatan untuk memberikan hadiah dan juga menyatakan perasaan nya pada Jun.

Langkahnya terhenti sebentar lalu membuka payung nya dan kembali berjalan santai, lebih tepatnya berusaha santai karena nafasnya yang terengah-engah. Dengan penampilan nya yang agak perantakan dan setengah basah karena terkena hujan Yifan berjalan melewati pohon besar yang biasa mereka gunakan sebagai tempat beristirahat. Dari balik pohon itu Yifan dapat mendengar suara tawa wanita yang Ia cari.

Yifan berhenti di tempat nya, tiba-tiba tubuhnya terasa lemas, senyumnya lenyap seketika, ketika melihat Jun berpelukan dengan pria lain. Yifan dapat melihat senyum dan tawa Jun dari kejauhan, tawa bahagia yang belum pernah di peruntukkan untuk nya.

Yifan emosi, sedih dan kecewa. Ingin ia marah berlari menojok kearah kepala lelaki itu dan berkata "DIA MILIK KU BODOH!" Namun, apa dayanya ternyata ia keduluan oleh laki-laki lain.

Namun sebagai lelaki sejati Yifan harus tetap mandatangi putrinya yang telah direbut. Beberapa menit setelah melihat keduanya kaki Yifan justru berjalan mundur.

"ayolah Yifan! Kau bukan pengecut! Kaki sialan! Ayo maju bodoh!" Runtukknya.

"Yifan!" Panggil Jun tiba-tiba.

Yifan tersentak kaget mendengar Jun memanggil nya justru terjatuh ke belakang dengan tidak elite nya. Sementara itu Jun dan laki-laki yang bersama nya menghampiri Yifan yang terjatuh bersama payung dan juga paper bag yang ia bawa. Entah mengapa perasaan nya semakin nyeri melihat keduanya secara dekat.

"Yifan aku kira hari ini kau tidak akan datang" Ucap Jun.

"kau mengkhawtirkan ku ya?"goda Yifan.

"tidak juga" jawab Jun sambil mengalihkan pandangan nya.

"Ehem" Suara deheman dari pria di samping Jun menyadarkan mereka bedua. Yifan hanya menggaruk leher nya yang tak terasa gatal

"oh ya, perkenalkan ini adalah sepupuku dari China"

Yifan hanya terdiam hatinya begitu lega. Ia tidak salah dengar kan?

"namaku Lay aku sepupu nya dari China"

"a... ah iya aku Yifan "

"tak perlu gugup. Aku sudah memiliki pacar disana lagi pula siapa juga yang mau dengan sepupu jelek seperti dia." Goda Lay

"YA! Aku tidak jelek!" Elak nya kemudian menggembungkan pipinya yang terlihat manis. Yifan dan Lay hanya menanggapinya dengan tawaan .

"hari ini apa yang kau bawa Yifan ?" Tanya Jun sambil menunjuk paper bag yang di bawa oleh Yifan.

"ah, aku hampir lupa ini untuk mu" jawab nya kemudian menyerahkan benda itu pad Jun

"benarkah ? terima kasih. Bolehkah aku buka sekarang?"

"tentu"

Jun segera membuka paper bag itu dan melihat isi nya.

"wah topi. Apa aku cocok?"tanya nya setelah mengenakan topi berwarna pink pemberian Yifan.

"kalau jelek pakai apa saja ya jelek" Goda Lay.

"Lay hyung jahat! Yifan apakah aku cantik?" Kali ini Jun sedikit memanyunkan bibirnya agar terlihat lebih imut di hadapan Yifan.

Yifan hanya bisa diam terkesima melihat sifat dan juga wajah imut Jun.

"sudah lihat pakaian mu basah semua, lebih baik kau mandi saja sekarang. Jika tidak besok kau tidak bisa bertemu dengan kekasih mu" Goda Lay lagi mengalihkan perhatian Yifan dari Jun.

"apa sih hyung! Baiklah sampai jumpa Yifan!"

"hati-hati di jalan." Balas Yifan.

"kau tunggu sebentar" tahan Lay ketika Yifan hendak beranjak.

"Aku?"

"Tentu saja dirimu Yifan"

"ada apa?"

"ada yang ingin aku ceritakan pada mu"

-----

Hati Yifan remuk seketika, langkah Yifan menjadi begitu gontai menuju kedalam rumah nya. Suasana dirumah nya begitu sepi ibu dan nenek nya sudah terlelap. Yifan menggapai sebuah bingkai foto yang tersimpan di nakas ibunya. Terpampang foto yang memerlihatkan laki-laki yang sangat ia benci sejak umurnya 10 tahun. Air matanya mengalir deras sambil menggenggam erat bingkai foto itu.

"mengapa kau tidak mati saja? Kenapa lelaki bajingan sepertimu harus bertemu dengan mama! Teriak Yifan frustasi sambil membanting bingkai foto yang ia bawa.

Nyonya Wu yang mendengar keributan itu langsung menghampiri sumber suara itu. Melihat anak nya yang sedang menangis sunggukan, Nyonya Wu langsung merengkuh tubuh putra nya yang sudah menginjak 18 tahun. Sambil mengusap surai pirang nya.

"kenapa Mama tidak pernah bercerita kepada ku? Mengapa?!"teriak Yifan

"maaf kan Mama Yifan"

"ceritakan.... ceritakan pada ku semuanya!"

"Yifan"

"cukup ceritakan saja ma!" desak nya

"sebenarnya ini adalah keturunan dari Papa, Mama terpaksa menikahi Papa mu jika tidak...."

"Cukup MA! Mengapa mama masih memiliki rasa kasihan pada lelaki bajingan itu! Mama hanya menyiksa ku! Aku benci Mama! Jangan sekali-kali memamanggil ku dengan marga Wu"

Yifan berlari menembus hujan pergi menjauhi rumah dan taman yang baru beberapa menit yang lalu ia tempati untuk bertemu dengan Jun.

Tin!

Suara klakson mobil berhenti tepat di depan Yifan yang nyaris menabrak nya. Seorang laki-laki berkulit pucat keluar dari mobil itu.

"Hyung? Sedang apa di sini?"

"Sehun"

Yifan duduk di pinggiran ranjang Sehun dengan memakai kaus yang lebih sntai dan tidak basah. Sehun berjalan menghampirinya sambil menyodorkan segelas coklat hangat.

"hey apa yang terjadi pada sobat keren ku ini?"

Yifan menundukkan wajahnya "aku mengidap nya"

"maksud mu?" Sehun mengernyitkan alisnya.

"Hana. Hanahaki Disase"

Sehun menahan tawanya.

"kau terlalu banyak meihat anime kawan" Ucap Sehun.

"Aku serius Hun ! papa ku mengidap nya! Lelaki sialan itu menurun kan nya pada ku!"

" wow wow wow chill Yifan! Yang penting cinta mu tidak sedang bertepuk sebelah tangan kan?" Tanya nya, entahlah sekarang Sehun menjadi penasaran pada masalah teman nya yang satu ini.

"hah entah lah, wanita yang aku cintai juga mencintai ku" Yifan mendecih pelan.

"okay masalah selesai, tak ada HBoD selesai kan?" ucap Sehun santai. Kini ia merebahkan tubuhnya di kasur nya yang empuk.

"tapi itu dulu sekali, ketika aku masih di China, sekarang? Entah lah"

"maksud mu?" Sehun kembali duduk di samping Yifan.

Yifan menarik nafas nya pelan "Sepupunya bercerita kepadaku, jika dia pernah mencintai ku. Ketika aku masih tergabung dengan liga NBA Senior High School. Mendiang kakak nya dulu adalah musuh terberat ku di liga basket. Ia pernah menyikut ku ketika melakukan tripple shoot yang seharusnya kemenangan bisa dimiliki oleh tim ku. Namun ia gagalkan, sikutan nya menyebabkan cedera yang cukup serius dan itu menyebab kan mama melarang ku untuk bermain basket lagi.

Beberapa minggu setelah nya ia meminta maaf pada ku dan mengatakan jika adik nya adalah pengaggum berat ku, tidak bahkan aku ingat ia mengatakan jika adik nya mencintai ku. Karena aku masih belum bisa memaafkan nya aku mengatakan jika aku juga mencintainya dan aku besedia menjadi kekasih nya. Aku menyuruh nya untuk datang keesokan harinya. Bodohnya di hari berikut nya dia melihat ku berciuman dengan Jessica. kemudian wanita itu mengidap HboD. Setelah itu aku tidak mengetahui kabar nya"

"bagaimana kau tidak mengetahui jika itu wanita yang sama?"

"bahkan ketika aku memacarinya aku tidak tahu wajahnya, nama aslinya saja aku baru mengetahui nya" Jawabnya sambil tetap menatap kosong lantai kamar Sehun.

"lalu apa yang kau takut kan? Artinya cinta kalian sudah terbalas kan ?"

"sayangnya keluarganya memaksanya untuk melakukan operasi penyakit nya"

Sehun membekap mulut nya sambil menatap sahabat nya "itu artinya...."

"Dia tidak akan pernah mencintai ku. Sekarang aku di Seoul dan wanita itu tinggal hanya beberapa petak dari tempat tinggal ku. Sudah 1 bulan ini aku menghabisakan waktu bersama nya" Jelas nya.

"Kau mencintai orang yang tak akan pernah mencintai mu" gumam nya pelan.

"Aku bodoh sekali kan?" Ucap nya sambil tersenyum pahit.

Sehun mengambil dompet dari nakas nya kemudian mengeluarkan sebuah kartu.

"pakailah rekening ku ke New York. Mulailah kehidupan yang baru, lupakan dia sembuhkan penyakit mu. Dan jangan sekali-kali kau menyatakan cinta padanya aku tidak ingin bunga-bunga aneh itu tumbuh di paru-paru mu"

"Aku sungguh bodoh" runtuknya

"bahkan seribu bahasa di dunia ini yang artinya bodoh kurang cukup untuk mengatai mu Yifan"

"Terima kasih, kau adalah hoobae paling kurang ajar yang pernah aku temui" Ucap Yifan sambil tersenyum menatap teman nya.

"hey tagihan akan naik naik setiap bulan jika kau tidak segera membayar nya tuan Yifan" goda Sehun sambil menyikut teman nya.

"Dasar pelit sekali!"

Keesokan harinya Yifan bersiap-siap menuju bandara. Yifan sudah membicarakan nya bersama dengan keluarganya. Walaupun berat tapi Nyonya Wu menyetujui keputusan Yifan demi kebaikan nya. Yifan mengambil keberangkaan pada malam hari. Sebelum kepergian nya ia ingin menyatakan perasaan nya pada Jun. Walaupun ia sudah tahu konsekuensi yang akan di terimanya.

" Yifan ? kau akan kemana?" Tanya Jun menghampiri Yifan yang menenteng tas di tangan nya.

"em... you think?"

Jun hanya cemberut menanggapi nya.

"lalu siapa yang akan menemani ku?"

"bukankah ada Lay ? lagipula kau bisa mengajak teman-teman mu"

"Dia sangat sibuk apalagi sekarang pacarnya ada di Seoul. Teman-teman ku pasti juga sama seperti Lay hyung! Hanya kau teman ku yang paling baik Yifan!" Jawab nya sambil tersenyum bahagia menatap Yifan.

Hati Yifan mencelus sakit.

tidak ada kah rasa cinta yang tertinggal di hati mu Jun?

"ngomong-ngomong kau akan pergi lama ?"

"em... sepertinya akan sangat lama"

Jun hanya meghela nafas nya sedih.

"bolehkah aku memeluk mu sebelum aku pergi?" tanyanya sambil menggaruk bagian belakang kepalnya yang tidak gatal.

"tentu saja" Jawab Jun

Yifan merengkuh tubuh Jun dengan berlahan. Dilepasnya topi berwarna pink yang ia berikan beberapa tempo hari, kemudian di kecup nya pelan ujung kepala Jun dengan lembut. Ia akan merindukan nya.

"Jun wo ai ni"ucap Yifan lirih namun masih terdengar di telinga Jun.

" Wo ye ai ni Yifan, aku akan merindukan mu" balas nya sambil mengeratkan pelukan nya pada Yifan.

Pelan-pelan Yifan merasakan gatal pada rongga tenggorokan nya. Ia ingin sekali terbatuk. Namun Yifan menahan nya Ia takut Jun akan mengetahui penyakit yang di deritanya.

"em... aku akan pergi sekarang" ucap Yifan melepaskan Jun perlahan dari dekapan nya.

"Jangan terlalu lama, jangan lupa kabari aku"

"tentu saja, aku akan mengirimi mu topi yang bagus."

"Yifan aku membuatkan mu ini, aku harap kau memakan nya. Habiskan ya!" ucap nya sambil tersenyum menyerahkan sebuah kotak makan.

"tentu saja akan aku habiskan"ucap nya sambil membalas senyman Jun

"Sampai jumpa Yifan!" teriak Jun sambil melambai kearah Yifan.

"Selamat tinggal Jun" lirih nya.

Di tengah-tengah perjalanan nya Yifan memuntahkan batuknya yang terdapat banyak kelopak bunga mawar putih. Bunga yang selalu dibawa oleh kakak Jun ketika ia cedera dulu. Bunga favorit Jun.

"jadi seperti ini rasanya? Maaf kan aku Jun sudah membuat mu menahan semua rasa sakit selama ini"

Sesampai nya di New York Yifan mengandalkan kemampuan menggambar nya di sebuah perusahaan game. Sementara itu penyakit nya masih terus berlajut parah walaupun begitu sesuai dengan janji nya Yifan tetap mengirimi topi untuk Jun. Semakin hari bunga yang Ia muntahkan semakin banyak tak lupa dengan bercak darah yang menghiasi setiap kelopak bunga yang ia muntahkan. Sudah banyak rekan yang menyuruhnya untuk mengoprasinya namun Yifan menolak nya dan menjawab di saat terakhirnya.

"Setidaknya aku telah membuktian jika aku benar-benar sudah menjadi lelaki dewasa yang menjaga perasaan wanita ku. Bukan Yifan si bajingan yang hanya bisa memermainkan perasaan wanita"

"Aku takkan membunuh loyalitas ku pada nya selamanya..."

Revisited 2019/09/29

OH HEY, FOR BEST VIEWING, YOU'LL NEED TO TURN YOUR PHONE