About
Dyahaa
Aku adalah istri, ibu anak 2 (dua), dan ibu bekerja.
Saat ini sedang mencoba untuk lebih produktif lagi. Semoga bermanfaat ☺️☺️
Aku adalah istri, ibu anak 2 (dua), dan ibu bekerja.
Saat ini sedang mencoba untuk lebih produktif lagi. Semoga bermanfaat ☺️☺️
Mungkin aneh ketika masih masa-masa pacaran terasa paling indah dan ingin cepat ke jenjang pernikahan dan akhirnya di jenjang pernikahan dimulai merasa pasangan mulai berubah tidak seperti pada masa-masa berpacaran. Di dunia kenyataan ini memang banyak yang bilang seperti itu dan merasa kaget kenapa bisa berbeda.
Pada akhirnya muncul pernyataan menikah tidak perlu buru-buru, siapa duluan dia yg menang. Menikahlah dengan penuh kesadaran dan benar-benar siap, karena pilihan yang bijak dalam hidup terkait berumah tangga sangat penting. Namanya perjalanan hidup, maka tetap saja akan ada ujian dalam rumah tangga, maka mental yang kuat harus dimiliki untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
Pernikahan adalah perjanjian yang agung yang Allah sebut dalam Al-Quran. Karenanya, jangan pernah nodai keagungan janji itu dengan kesenangan dunia yang hanya sekedip mata. Pernikahan, adalah komitmen seumur hidup, berdampingan dan menjadi satu dengan seseorang yang telah Allah pilihkan. Teruslah belajar memahami diri dan belahan jiwa. Menyatukan visi misi dan memegang teguh janji suci. Terus belajar menghormati, mencintai, menyayangi, memaklumi dan menyadari, bahwa kita berasal dari asal yang sama namun diciptakan dengan kepekaan yang berbeda. Pernikahan, adalah episode perjalanan rasa yang harus selalu seimbang sesuai porsinya. Saling mencintai dan mengasihi. Saling menguatkan dan mengingatkan. Saling menggenggam dan bergandengan tangan menuju ridaNya, sampai nanti menutup mata.
Teman sehidup sesurga itu lah pasangan kita, sama-sama belajar dari awal janji pernikahan yang diucapkan hingga sama-sama menutup mata. Kalau bukan pasangan kita, lalu siapa lagi yang akan menemani kita hingga kita tua nanti. Biarpun memiliki turunan/anak, tetapi ketika sudah dewasa anak kita juga akan meninggalkan kita dan hidup dengan pasangannya membuat keluarga.
Penulis Fahd Pahdepie
Penulis : Daniapus / Nury Kurnia / Nury Firdausia / Yuhaniz Juwaini / Krisdian Sari / Umma elSaif
BAHAGIA? Mungkin kita sedang sama-sama mencari kebahagiaan dan berusaha untuk sama-sama bahagia.
Kebahagiaan itu sederhana. Cukup melakukan hal yang disukai, kemudian menjadikan diri lebih bermakna. Setiap orang punya caranya sendiri untuk bahagia. Bagaimana cara mengembalikan sedih menjadi tawa. Bagaimana cara ketika kamu sedang merasakan lemah dan kecewa. Maka, ketika perasaan kamu sedang kacau, kamu hanya perlu memikirkan bagaimana cara agar tetap bahagia.
Tetaplah bahagia agar menjadi orang yang tangguh dalam menghadapi luka dan kecewa, karena bahagia adalah tentang rasa yang kita ciptakan. Meski sedih sering menghampiri, kita harus bahagia kembali.
Dalam hidup, rasa sedih, kecewa, marah, terluka, bahagia, tawa juga patah hati pasti setiap orang pernah merasakan. Kegelisahan yang dihadapi seseorang berbeda dan cara menghadapinya pun berbeda, ada yg tak dapat menutup matanya sepanjang malam karena terus memikirkannya.
Selamatkan hati kita terlebih dahulu, karena hati adalah pusatnya agar kita dapat mengendalikan diri dan melaluinya dengan mudah.
Lihat keseruan bermain dan belajar bersama kami
Komunikasi
Komunikasi yang buruk atau tidak efektif menjadi pemicu dari konflik dalam keluarga. Contohnya, ketika seseorang gagal untuk secara jelas menyampaikan perasaan, kebutuhan atau harapan mereka.
Hal ini dapat menyebabkan ketegangan dan kesalahpahaman yang mendalam. Dan juga setiap orang pasti membawa latar belakang, pengalaman dan nilai-nilai yang berbeda ke dalam hubungan keluarga.
Dalam setiap konflik yang terjadi, komunikasi dapat berperan sebagai pemicu eskalasi konflik atau sebagai alat untuk penyelesaiannya, ketika komunikasi terganggu maka konflik cenderung meningkat menjadi lebih rumit dan memburuk.
Kita harus mampu membuka saluran komunikasi yang jujur, terbuka dan penuh empati, dapat membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Hal ini, memungkinkan untuk mengeksplorasi akar masalah, menyampaikan kebutuhan dan harapan dengan jelas dan bekerja sama untuk menemukan solusi yang memuaskan semua pihak. Tetapi, penting juga diingat bahwa komunikasi efektif tidak selalu
mudah dilakukan, terutama dalam situasi konflik yang penuh emosi, diperlukan kesabaran, kesadaran diri dan kemampuan untuk mendengarkan secara aktif dan empati.
Barang siapa ingin memiliki dunia, maka milikilah ilmu, barang siapa ingin memiliki akhirat, maka milikilah ilmu, barang siapa yang ingin keduanya, maka milikilah ilmu (HR. Tirmidzi)