Walaupun Belum Bisa, Tapi Sebenernya Bisa

Oke kali ini tulisanku akan membahas masalah finansial. Yup kurang lebih seperti itu. Agar lebih mudah juga aku mau cerita based on experience aja kali ya. Jadi gini, awal aku terjun mulai me-manage keuangan sendiri adalah ya pas masuk ke dunia kuliah. Sebagai anak rantau dan baru pertama kali punya income dari orang tua yang di kasih per bulan. (iya, karena semenjak sekolah selalu dapet uang harian gitu untuk transport dan jajan dan kalo mau jalan minta lagi, hehe).

Pertama kali dikasih tanggung jawab dengan uang bulanan, ya biasa aja sih. Karena waktu itu sebagai anak rantau juga belum tau persis pengeluarannya berapa. Tapi entah mengapa aku berpikir untuk “yang dikasih harus cukup memenuhi pengeluaran sebulan + harus nabung juga”. Jadi tanpa ada pengetahuan finansial terdahulu, dengan feeling aja, akhirnya aku setiap dapet uang bulanan selalu udah aku bagi 2, jadi uang sehari- hari dan uang untuk nabung. Ya kalo misalnya ternyata uang sehari- hari kok kurang, ya ambil dari tabungan itu. Tapi sebisa mungkin untuk ga nyentuh uang tabungan (kalo kepepet parah ya beda cerita ya hehe).

Seingetku dulu aku nyisihinnya 50% nabung, 50% kehidupan sehari- hari. Dan sebenernya saat itu, aku bener- bener menge-list pengeluaran aku dengan sangat detail, jadi aku bener-bener tau persis uang lari kemana. Wow sedikit salut dengan kerajinanku waktu dulu hehe. Kalo dulu aku nulis sangat konvensional sih, nulisnya di kertas hahahah, gatau kenapa lebih seneng aja gitu dan kertasnya ku taro di dompet 😊

Dengan metode itu, aku cukup bisa menabung lebih banyak waktu awal jadi anak rantau hehe, dan waktu awal rantau juga belum banyak main sih jadi ya uang pengeluarna paling untuk kebutuhan primer dan sekunder (kayak urusan kampus). Sebenernya dari hal tersebut aku Cuma mau membiasakan diri untuk balancing antara income dan pengeluaran. Cuma itu aja sih, karena dari aku pun gamau “minta uang duluan” gitu hehe, jadi kalaupun dikirimin uang bulanan random tanggal gitu, aku gaperna bener-bener 0 gitu di rekening maupun di dompet. Alasan lain kenapa aku harus membuat dana darurat “kecil-kecilan” hiyaaa
Pada dasarnya mencatat pengeluaran emang gabisa langsung selalu ingat sih, pasti aja yang ke skip, tapi ya gapapa. Intinya kalau niat mau ngatur uang yang ada (yang udah dikasih tanggung jawab dari orang tua) pasti bisa kok hehe😊 Anw, menurut pengalaman juga, salah satu pengeluaran yang lumayan mayan itu kalo belanja bulanan. Yup salah satu cara biar gak kalap dan lebih efisien waktu berbelanja adalah dengan meng-list barang- barang apa aja yang harus dibeli. Yup ini bakal lebih cepet sih pas belanja dan yang mau dibeli sesuai dengan kebutuhan juga.

Diluar dari hal pengalaman, belajar tentang finansial planning ada prosesnya dan harus bertahap, serta harus konsisten demi keamanan keuangan juga kan guis! Selamat mengatur cuan-cuanmu!

"Nggak suka aja"

Oke sedikit cerita, akhir- akhir ini entah kenapa aku mikir “kasian juga ya artis atau selebgram ato apalah yang terkenal, harus kuat kalo ada yang gasuka sama mereka tapi blak-blakan gitu”. Terus disisi lain aku juga mikir, mungkin saat kita semakin mengenal banyak orang, pengaruhnya mungkin aja berbanding lurus dengan probabilitas “tidak disukai orang” maupun “disukai orang”. Ya intinya saling pengaruh gitu. Lalu aku semakin kepo dengan rasa “tidak suka/benci/apalah itu yang sejenisnya”. Aku googling aja si ngasal, dan to much information yang ngebahas soal tidak suka/hate/benci/apalah itu.
Ohya anw, adanya fitur Like dan Comments di media social memang nyatanya jadi pembuka pintu bagi siapapun untuk menyatakan perasaan suka bahkan kebencian terhadap orang lain. Balik lagi kepersoalan “tidak suka”, salah satu alasan nggak suka seseorang adalah ada bagian dari dirinya sendiri yang belum diterima. Rasa khawatir akan kekurangan-kekurangannya, ketakutan akan masa depan, iri, rendah diri, dan sebagainya. Membenci orang akan membuat dirinya merasa aman karena ia merasa ada orang yang lebih rendah darinya. WKWKKW iya aku bacanya sih gitu, tapi masuk akal sih, wow menyedihkan bgt. Oke lanjut, jadi dengan membandingkan diri dengan orang lain secara kontras memang bisa meningkatkan harga diri, tapi itu ya jelas banget kalo gabaik, kalo dibiarkan terus-menerus bisa menimbulkan berbagai emosi buruk yang lain. Nyatanya, kalo membenci orang lain, itu menunjukkan bahwa seseorang hanya bisa melihat kesalahan-kesalahannya ketimbang kebaikan-kebaikannya. Yak ini menyedihkan juga.
Terus rasa benci ini tentu aja berpengaruh ke kesehatan diri sendiri. Yang aku baca si berpengaruh terhadap otak. Yang mana fungsi otak dipengaruhi oleh dua hormon yang saling berkaitan yaitu hormon kortisol dan hormon oksitosin. Hormon kortisol biasanya dilepaskan saat kita berada di bawah tekanan mental besar, seperti saat menyimpan dendam, ya termasuk rasa tidak suka ini. Sebaliknya, hormon oksitosin diproduksi ketika kita memaafkan dan saat berdamai dengan diri kita maupun orang lain. Kedua hormon tersebut diperlukan dan keseimbangan antara keduanya menciptakan stress baik (eustress) kalo pas lagi bekerja untuk mencapai tujuan, serta mengendalikan stress buruk (distress). Hormon kortisol dikenal sebagai hormon yang berbahaya jika diproduksi terus menerus dalam waktu yang lama, karena tidak hanya memengaruhi kerja sistem saraf pusat namun juga kerja organ lainnya. Yak pokoknya serem lah.
Aku mau nulis opini sih tapi ini udah banyak WKWK. Ya intinya aku kayak garelated kalo misalnya di benci orang gitu sih, ya tapi pasti ada sih yang sebel aku, tapi mungkin karena aku gasadar aja kali ya alias ga ambil pusing gitu. Tapi maksudnya aku ga related gitu kalo dibenci secara blak-blakan, ih serem deh kayak kasian woy itu huh. Yaudah sekian, monmaap kalo ada salah atau apalah, aku hanya menuangkan apa yang kupikirkan HUEHUE.

Nb: beberapa info aku dapet dari googling tapi maap ga aku beri sitasi atau kasih sumber

Menjajaki Bumi

"Setiap yang diciptakan pasti ada manfaatnya"
Aku totally setuju, karena masuk akal aja di otak aku. Lalu, aku percaya bahwa tiap orang punya sisi terbaiknya masing- masing. Punya tujuan hidup nya masing- masing. Gaada yang salah, karena itu pilihan.

Oke, sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat untuk orang lain. Ya, aku juga yakin tiap orang punya definisi "bermanfaat" yang berbeda-beda. Dan gaada yang salah, karena suka suka orang nya mau definisi seperti apa. Mereka boleh melihat dari sudut apapun dan seberapa luas jangkauannya.

Ada yang definisi "bermanfaatnya" seluas dunia, ada yang lingkup manfaat untuk keluarga. Gaada yang salah, gaada yang lebih keren, gaada. Karena tiap orang bebas mendefinisikannya. Nah selagi kita diberikan kebebasan untuk mendefinisikan tujuan atau eksistensi kita di muka bumi, ya coba lah definisikan dengan baik. Kita bebas pake kacamata kita, tanpa pinjem kacamata orang. Gaperlu khawatir, emang apa yang perlu di khawatirkan?

Jalan Ninja

Oke baru baru ini kepikiran. Gasih emang gue kan manusia ya, jadi tiap hari mikir gitu. Trs kayak kepikiran, soal "peran". Seperti yang semua orang tau dan mungkin menilai, bahwa hidup aku kayak gabut gabut aja gitu. Bukan yang sibuk akan sesuatu hal. Ga sibuk ambis, gasibuk lomba, gasibuk aktivis, dan bahkan ga sibuk main. Lalu selama hidup gue gangapain aja? Nah ini yg gue pikir.

Mengingat gue kayak fine fine aja dalam hidup. Dibilang bodoamat ya engga, dibilang overthinking -yang suka diomongin masyarakat- juga enggak. Dibilang flat juga engga. Lalu apa?

Wkkwkw agak ganyambung ya dari topik utama yakni "peran". Setelah diingat- ingat, aku bukan anak yang menonjol aka terkenal gitu selama hidup. Tapi juga yang ga tertelan bumi bgt. Singkatnya emang biasa aja gitu. Mottonya lebih ke "ya jangan heboh dikenal bgt ato ambis bgt lah (soalnya gaenak woy, sempet merasa kyk gaenak jd anak ambis yg selalu nilai bagus kalo ulangan kyk pleasure aja gt), tapi juga jangan jadi org yg gaberguna bgt (wmkwkw maksudnya bukan gaberguna, tp jangan jd anak terlalu males)" dah itu motto hidup lah ya.

Selama sekolah tk-sma, ya so far oke aja lah, gabagus amat, tp ya oke lah gitu. Terus jaman sekolah juga ya so far juga mulus aja gt, definisi haha hihi dan bahagia lahir batin wkwkkw. Jadi kalo temen-temen sejawat suka ngeliat gue "kek gaada masalah" yup itu benar adanya. Karena definisi haha hihi aja udh tuh sampe putih abu-abu.

Next kelanjutan hidup di coolyah. Apakah dulu sebelum masuk coolyah, gue pengen jadi anak yang super? Oh tentu tidak. Tapi bukan yang benar-benar tidak. Maksudnya gimana ya? Hmm oke aku ceritain (semoga runtut).

Jadi karena aku tau selama sekolah kayak mulus aja, karena emang gaada sesuatu gitu yg menantang *? Wkkwkw gaya bgt. Maksudnya gaada yg bikin "takut", akhirnya aku mencari ketidak terbiasa dalam suatu hal.

Nah, aku gaterbiasa tuh ngomong sama org dengan konteks serius (maksudnya wawancara). That's whyyyyy, selama jd mahasiswa baru, aku kerjaannya daftar segala kepanitian, segala ekstrakulikuler (apa sih aku lupa nama lainnya kalo dikampus HAHAHA), ya pokoknya apapun yang ada wawancaranya aku ikutin.

Loh katanya gamau anak super? Lah emang gamau, ikut segala wawancara adalah jalan ninja aku buat membiasakan diri komunikasi serius dengan orang yang tidak aku kenal. Saking seringnya wawancara, ada banget yang paling berkesan, karena pas wawancara, aku malah di ramal. Ini aneh bgt jujur, ada bgt orang lagi wawancara malah diramal-,-

"Apakah cuma biar terbiasa ngomong sama org baru saja?" oh tentu tidak, aku ikutin semua itu biar aku "bisa menerima suatu penolakan" kwkwkw iya, agak aneh sih emang. Ya ibaratnya sih biar "kuat mental" aja HAHAHHAHA.

Apakah semua itu sudah berhasil sekarang? Hmmm belum, karena aku belum bisa merasa "sangat biasa saja" kalau diwawancarai atau bicara dengan orang yang (kyk dosen, bapak ibu pejabat, atau segalanya), krn emang targetnya gimana caranya aku bisa yakin sama diri aku, yakin sama apa yang aku omongin atau utarakan. Lalu, apakah sudah berhasil belajar tentang "penolakan"? I'm not sure, karena entah target aku apa, cuman aku hanya preventif menjadi orang yang "terlalu bersedih", oh iya karena target nya "tidak ingin menjadi orang yang gampang bersedih", tapi ya ini juga belum mencapai target yang ku mau.

Yes udah gitudeh, maaf bila ada salah kata atau tidak selaras dengan kaca mata pembaca. Memang begitu, tiap orang harus punya kacamata masing-masing, soalnya gaenak pinjem punya temen silindernya beda wkwkkw gadenk Happy weekend!

Sok sok an aja

Mungkin itu caranya untuk menjalani hidup

Aku kan pernah mempertanyakan rasa "gasuka" terhadap sesuatu. Terus juga ingin meminimalisir perasaan tersebut dalam diri. Tapi kalo dipikir-pikir, ya itu wajar banget sih (wkkwkw ya emang Iya si tapi emang telat sadar aja akutu).

Lalu, melihat dari sisi yang lain. Aku semakin sadar kalau emang aku "ga suka" dengan beberapa hal, bahkan beberapa tipe orang. Walaupun aku tau namanya juga manusia, tiap individunya punya karakter yang beda beda dan itu "wajar".

Tapi ya karena aku emang berusaha meminimalisir "kegasukaan akan sesuatu" dalam konteks ini -orang- ya aku gamelibatkan urusan "gasuka" terhadap orang dalam hal berinteraksi sampai bekerja sama. Rasa terhadap seseorang (menurut otak aku) harus di nomor sekian kan. Bukannya emang tanggung jawab dan profesionalitas diatas segalanya (dalam konteks team work)? Wkwk. Sampai pada akhirnya aku tidak bisa membedakan orang yang "suka" dan "gasuka" sama aku. Karena emang tidak memerhatikan hal tersebut.

Tapi ya terlalu melibatkan kebaperan dalam berinteraksi satu sama lain itu agak PR sih. Coba bayangin kalo gasuka sama pathner kita, pasti apa apa ga setuju sama usulannya, terus kalo udh ga tahan bakal ngomongin (aka julid), terus kayak males aja menyelesaikan pekerjaan tim karena merasa tidak cocok. Padahal hal tersebut bisa di "yaudahin".

Wkkwkw duh apa si tulisan tidak beralur dan sulit dimengerti. Tapi intinya ya, aku sadar tiap orang beda, dan itu wajar, wajar juga buat suka atau engga suka, tapi kalo urusan pekerjaan yang pelibatan "perasaan" itu sangat tidak penting, ya gaperlu di ikut serta kan. Males juga ngejulidin manusia. Dipikir-- pikir tiap manusia punya karakter dan keburukan atau kelemahan masing- masing. Mungkin itu caranya untuk menjalani hidup. Jadi profesional aja dalam bekerja sama.

Lagian dalam bekerja sama sebenarnya ada jangka waktunya juga. Setelah di rasa tujuan dari kerja sama itu sudah selesai, kita punya hak memutus kontrak interaksi dengan orang yang kita tidak terlalu suka. Wkwk ini keknya berlaku untuk bekerja sama dalam lingkup apapun, baik tugas persekolahan, pertemanan, hubungan yang bukan teman, atau apapun itu. Yang penting "tujuan yang sebagai kewajiban" udah selesai, dijalan kan dengan profesional.

Kwkkw udah ah poin yang aku pengen utarakan ada banyak, cuman emang tidak tertuang dengan baik aja. Sekian cuap mengisi waktu luang kali ini.

*emang profesional apaan si wkwk

External link

NANYA MULU —

Aku Percaya QO

Btw ya, sebenernya diri kita kan bisa menilai kadar "kepercayaan" orang lain terhadap diri kita, ya ga si? Kata aku bisa sih. Ya dikira-kira gitu. Tapi ya pasti kan ada teori tentang "kepercayaan" ini ya, tapi aku males deh nyari. Karena sotoy aja, jadi menurut ku tuh kepercayaan ini pasti disebabkan oleh banyak alasan. Apa ya? Bingung juga. Tapi kepo deh, gimana proses "kepercayaan" terbentuk.

Apakah seperti ini? Jadi grafik kepercayaan awalnya 0 lalu naik keatas? Atau ada orang yang memberi kepercayaan tidak dari 0, tapi udh nilai kesekian? Atau gimana si ya? Tapi "kepercayaan" menarik juga. Gabisa diliat kan ya udah jelas, tapi bisa dilihat deng dari tingkah laku seseorang.

Tapi agak pr ga si menjaga kepercayaan seseorang. Ya ga pr juga si, cuman kalo udah di percaya in tuh, kayak "WOW GUE SALAH GA YA KALO GINI, WOW MANA DIA UDAH PERCAYA BANGET, WOW PASTI UDAH EXPECT LEBIH NI ORANG" wkwkkw gatau juga si. Tapi kepercayaan keknya bisa fluktuatif gitu ga si? Gatau dah jadi bingung. Sekian kebingungan pengantar tidur.

Lagi Kepikiran

Apakah kegiatan "membaca" selalu baik dan memberikan manfaat? Aku gatau, yaudah kalian baca aja kalau gamau yaudah tidur aja

Jujur ga ya?

Ini aku tulis jam 23 27 karena lagi-lagi terpikir aja tiba-tiba. Pelajaran kehidupan ini pasti diajarin dari semua orang tua ke anaknya. Kalo ga ngajarin mungkin nyontohin, kalo ga nyontohin mungkin bilangin, kalo gabilang in ya gatau lah gimana pun itu caranya pasti kita akan di perkenalkan dengan "kejujuran". Gue inget banget dulu kalo mau ulangan, gue selalu nangis malem nya gitu krn ga pede aja takut gabisa. Terus gue selalu dibilang "yang penting jujur". Dan bener, pas lagi ulangan ya ganyontek sama sekali, pernah suatu ketika kelas 2 sd, soalnya tuh gambar ayam, ada anak panah menunjukkan ke arah "jengger" iya ga si namanya jengger? Tapi waktu pas ujian gue gatau jawabannya, temen sebangku gue tuh udah jawab, gue liat kertas nya karena emang ga ditutup in sama dia gitu. Nah gue kan jadi tau ya jawabannya, cuman gue inget, gue gabole ga jujur. Alhasil gue tulis "ceker" ya gue udah tau itu bakal salah. Tapi yaudah yang penting ganyontek.

Lalu makna "jujur" semakin meluas dan kompleks. Gue jadi bertanya-tanya, apakah gue sejujur dulu? Iya ga si "jujur" jadi punya banyak definisi, dan "tergantung contohnya gimana". Kayak WOY PUSING YA SAYA MIKIR INI. Terus, gue juga suka denger "jujur sama diri sendiri", ini apa lagi? Kayak satu kata buanyakkkk makna yang emosi aku tu kalo mikirnya WKWKWK. Ya intinya gitu si gue jadi mempertanyakan apakah semakin lama gue berkehidupan (wwwk males ga si bacanya), semakin gue jujur ato gue jauh dari kata jujur. Oke sekian cuap kali ini

Kasian orang

Jadi gue emang anaknya terlalu suka merenung dan berpikir. Kebanyakan ga penting sih, karena emang sekelewat aja tu pikiran, entah mengapa semua sering bertamu diotak aku ini. Btw agak random aja lah ya mau aku gue ato apalah itu bebas aja ga si? Kalo kata dosen gue "bebas merdeka" kwkkw. Iya jadi kepikiran tentang "kok gue gaadil ya sama orang" wkkw. Gapaham kan kenapa gue mikir gitu. Iya soalnya gue tuh gasuka ni kalo kebanyakan ditanya sama orang, tp gue aja bacot ke orang. Kan ga match gitu ga sii? Gue gatau ya apakah banyak orang yang berpikir seperti ini juga. Kayak gasuka kalo orang ngeselin, tapi padahal ya lu juga ngeselin gitu lho. Jadi menurut gue itu sangat tidak adil. Oh ngomong-ngomong, kayaknya semua orang tuh pengennya "di mengerti" ya entah setiap saat ato kalo lg badmood gitu. Tapi ya apa si, kita gabisa menuntut orang gitu ga si, emang urusan mood sangat bikin payah keadaan. Intinya si gue jadi mikir, gue gabole terus gaadil sama orang. Ya Walaupun misal nih ya, gue lagi gamau ditanya ato apa gitu, tp ya respon gue tetap baik baik aja, tapi kan saat situasi itu gue merasa gasuka. Nah itu gue gamau punya perasaan itu, harusnya gue memiliki rasa memahami dan memaklumi WKWKWK ya gitu pokoknya. Sekian cuapan hari ini.

OH HEY, FOR BEST VIEWING, YOU'LL NEED TO TURN YOUR PHONE