hisfisia
Get to know me!
Hi! I'm a writer named hisfisia and let me tell you about the past through my stories. Let's keep in touch!
Hi! I'm a writer named hisfisia and let me tell you about the past through my stories. Let's keep in touch!
Hai! Aku penulis aktif di Wattpad. Aku sudah mempublish beberapa cerita, yaitu satu cerpen dan dwilogi. Aku menyukai sejarah yang dipadu dengan kisah klasik pada zamannya. Untuk itu, sekarang aku menekuni genre fiksi sejarah.
(Season 1)
Namanya memang tak semegah tokoh-tokoh terkenal Majapahit, tetapi bagi orang-orang yang mencintainya, ia bagaikan apsara (bidadari). Ialah Sudewi, putri Nagari Wengker yang riwayat hidupnya tidak dikisahkan dalam literatur mana pun.
(Season 2)
Di balik kemahsyuran seorang raja, terdapat sosok pendamping hebat di belakangnya. Ialah Paduka Sori, seorang Permaisuri Majapahit yang namanya terpenjara oleh tembok-tembok istana bernama pengabdian. Sekarang, biarlah ia menceritakan kisah hidupnya.
Cerita ini memang pendek, tetapi renungkanlah untuk selalu mengingat para pendahulu. Darahnya, keringatnya, dan kerja kerasnya tidaklah main-main. Mereka hadir untuk membangun sebuah mimpi yang telah lama pergi.
Ini kisah tentang putri sulung Prabu Kertanagara dari Kerajaan Singhasari yang bernama Dyah Tribhuwana. Berlatar pada akhir abad ke-13, ketika berbagai permasalah silih berganti yang membuat pertahanan Singhasari melemah. Sebagai seorang putri, ia membawa dharma bagi keluarga dan kerajaan dengan cara menerima pinangan dari pria yang tepat.
Mahadwipa terbagi menjadi dua kerajaan, Arcadwipa Utara dan Arcadwipa Selatan. Selama beratus-ratus tahun, raja di kedua kerajaan itu tak pernah akur. Satu-satunya momen yang bisa menyatukan mereka adalah ketika Bulan Merah Jambu tiba yang terjadi dua puluh lima tahun sekali. Pada saat itulah digelar pesta rakyat. Tak pandang bulu, utara dan selatan bersatu padu. Ada sebuah tradisi di mana pangeran dari Kerajaan Arcadwipa Utara dan putri dari Kerajaan Arcadwipa Selatan harus berdansa bersama apabila tak ingin kerajaan mereka dikutuk oleh Sang Lunar—sosok Dewi Bulan yang dipercaya sebagai pelindung bagi Mahadwipa.