Hukum dan Keadilan
"Keadilan itu memang mahal
harganya, tetapi kalau bersungguh-sungguh mencari keadilan itu dan percaya akan mendapatkannya dengan niat dan itikad yang baik maka akan berbuah manis hasilnya".
"Keadilan itu memang mahal
harganya, tetapi kalau bersungguh-sungguh mencari keadilan itu dan percaya akan mendapatkannya dengan niat dan itikad yang baik maka akan berbuah manis hasilnya".
Permasalahan mengenai lingkungan adalah suatu masalah yang bersifat global karena dampak yang ditimbulkan dari hal tersebut akan membawa dampak besar bagi dunia secara keseluruhan, maka dari itu dibutuhkan kontribusi dari negara-negara dan seluruh lapisan masyarakat dalam bertanggung jawab secara bersama. Permasalahan lingkungan teridiri dari beragam isu didalamnya yaitu isu perubahan iklim, pemansan global, polusi, deforestasi, overpopulation, penipisan sumber daya, hilangnya keanekaragaman hayati dan lain sebagainya. Perubahan iklim merujuk pada adanya perubahan pada iklim yang disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh kegiatan manusia yang mengubah komposisi atmosfer global dan juga terhadap variabilitas iklim alami yang diamati selama periode waktu tertentu. Manusia telah terlibat dalam kondisi perubahan iklim selama ratusan tahun ini, perubahan iklim yang terjadi pada bumi ini merupakan kejadian dengan tingkat perubhan yang lebih cepat dibandingkan kejadian-kejadian lainnya selama 10.000 tahun berakhir. Iklim dunia secara menyeluruh sedang mengalami kerusakan sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia. Hal ini disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas-gas yang menghalangi pantulan energi sinar matahari dari bumi yang menyebabkan peningkatan efek rumah kaca dan mengakibatkan bumi, planet yang kita huni menjadi lebih panas. Hubungan antara perubahan iklim dengan kesehatan manusia adalah sangat kompleks. Terdapat dampak langsung seperti penyakit atau kematian yang berhubungan dengan suhu yang ekstrim dan efek pencemaran udara oleh spora dan jamur. Selebihnya adalah dampak yang tidak langsung dan mengakibatkan penyakit yang ditularkan melalui air atau makanan, penyakit yang ditularkan melalui air atau makanan, penyakit yang ditularkan melalui vektor dan rodent, atau penyakit karena kekurangan air dan makanan. Perubahan iklim mengancam stabilitas ekosistem dan keanekaragaman makhluk hidup (biodeversity). Kerusakan sistem fisik dan ekologi bumi ini juga dapat dibuktikan dengan adanya penipisan lapisan ozon di stratosfer, penurunan keanekaragaman makhluk hidup, degradasi tanah, dan perubahan sistem atau siklus air. Bukti dari perubahan iklim secara cepat adalah meliputi kenaikan permukaan laut, dimana permukaan laut dunia meningkat sekitar 17 cm (6,7 inci) pada satu abad terakhir.lalu ada perubahan suhu global, diaman tiga oerubahan utama pada permukaan suhu global menunjukan bahwa bumi semakin panas sejak tahun 1880. Sebagian besar pemanasan twerjadi dalam 35 tahun terakhir, denagn 15 dari 16 tahun terpanas terjadi sejak tahun 2001. Tahun 2015 pertama kalinya suhu rata-rata global mencapai 1 derajat Celcius. Pemanasan permukaan laut juga terjadi dimana lautan telah menyerap banyak panas yang meningkat secara massif, dengan permukaan diatas 700 meter (sekitar 2.300 kaki) dari laut menunjukkan pemanasan di angka 0,302 derajat Fahrenheit sejak 1969. Menyusutnya lapisan es, penurunan es di Kutub utara, menurunnya permukaan glaisal, bencana ekstrim, pengasaman laut dan berkurangnya lapisan salju.
Berdasarkan hasil laporan tahunan rutin yang disampaikan paada forum Inter governmental Panel on Climate Change (IPCC) pada 6 April 2007 yang berjudul Climate Change 2007: Impacts, Adaption aand Vulnerability, dituntuangkan beberpa proyeksi ilmiah dampalk dari perubahan iklim yang akan terjadi secara masif di beberapa negara secara berbeda, antara lain di benua Afrika, antara 75 dan 250 juta orang yang diproyeksikan akan menghadapi peningkatan air stres akibat perubahan iklim pada tahun 2020. Produksi pertanian, termasuk akses ke makanan, diproyeksikan akan sangat membahayakan dan hal ini akan berdampak buruk mata pencaharian, keamanan pangan dan memperpaarah gizi buruk di seluruh benua Afrika. Dampak yang diperkirakan terjadi di Benua Asia diproyeksikan akan timbul dari proses pencairan gletser di sekitar pegunungan Himalaya yang akan mengakibatkan banjir besar dan mempengaruhi sumberdaya air dalam dua hingga tiga dekade mendatang. Fenomena ini akan diikuti oleh arus sungai yang menurun dan mempengaruhi ketersediaan air tawar di kawasan Asia Tenga, Asia Sealatan, Asia Timur dan Asia Tenggara dan memberikan dampak kepada lebih dari satu miliar orang pada tahun 2050. Sedangkan untuk negara-negara kepulauan yang terletak di sekitar aris khatulistiwa diproyeksikan aakan menerima dampak daari kenaikan permukaan air laut yang akan menyebabkan majunya garis pantai dan akan mempengaruhi aktivitas secara keseluruhan.
Iklim dan variabelnya yaitu suhu, curah hujan dan kelembapan merupaka bagian penting dalam penularan penyakit berbasis vektor. Penyakit menular terutama yang sensitif terhadap iklim akan sangat terpengaruh ketika perubahan iklim terjadi. Perubahan iklim akan membuat suhu meningkat, curah hujan meningkat dan begitu juga kelembaban. Iklim mempengaruhi pola penyakit infeksi dalam hal virus, bakteri atau parasite dan vektornya. Berbagai penelitian sudah dialkukan oleh ahli yang disajikan dalam bentuk paper maupun laporan. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara suhu, curah hujan, lama penyinaran, kelembapan, dan kecepatan angin. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa banyak wabah penyakit menular yang diakibatkan berubahnya iklim seperti suhu, curah hujaan dan kelembapan, termasuk hasil studi di Anhui Province di mana HFM, malaria, influenza, demam tipoid, meningitis dan schistosomiasis terpengaruh oleh suhu, sedangkan perubahan oleh suhu, sedangkan perubahan kelembaban absolut berpengaruh terhadap disentri, demam berdarah, hepatitis A, hemorrhagic fever, typhoid fever, malaria, meningitis, influenza dan schistosomiasis.
Sejak munculnya virus yang berasal dari Wuhan, Tiongkok pada Desember 2019, tanpa diduga penularannya begitu cepat, tampaknya tidak ada satu negara pun yang ‘steril’ terhadap virus Corona saat ini. Badan Dunia WHO menyatakan bahwa virus ini telah menjadi pandemi global, beberapa negara pun telah melakukan karantina diri atau yang disebut dengan lockdown.berbagai kerusakan lingkungan yang bersumber dari pengembilan kebijakan, tata kelola hingga budaya konsumerisme menutupi naras bahwa bumi saat ini sedang sakit. Keseimbangan bumi yang semakin tidak menentu menyebabkan bencana alam menjadi kerapkali terjadi. Virus Corona muncul di saat perubahan iklim terjadi semakin ekstrem. Solusi untuk mengurangi laju perubahan iklim belum optimal dan kemudian ditambah dengan permasalahan lainnya yang membutuhkan daya dukung ekologis dan sosial. Dari beberapa penelitian menyebutkan kekelawar merupakan hewan yang dipercaya sebagai sumber virus baru Corona tersebut. Namun, beberapa temuan menunjukkan, virus Corona tidak ditularkan langsung dari kekelawar ke manusia. Sebaliknya, trenggiling , kelompok hewan pemakan semut bersisik yang merupakan mamalia paling diperdagangkan di dunia, diduga sebagai perantara virus tersebut. Kemungkinan zoonosis atau penyakit yang menular dari hewan ke manusia meningkat dengan semakin tingginya kontak manusia dengan hewan liar. Misal kekelawar diketahui menjadi inang setidaknya 60 virus (termasuk Coronavirus), dan mereka biasanya tingggal di gua-gua untuk bersembunyi. Merusak habitat dan mengkonsumsi satwa liar, berarti sama saja membuka dan memperlemah benteng pertahanan manusia. Karena virus itu butuh inang untuk hidup, dan inang itu terdapat pada satwa liar. David Quammen, penulis buku Spillover: Animal Infections and the Next Pandemic, meringkas siklus dan penyebab munculnya banyak penyakit: virus , bakteri, kuman, kehilangan tempat tinggal akibat hutan dan alam diinvasi manusia untuk keperluan hidup maupun keserakahan. Kita memotong pohon, memburu binatang, merenggut mereka dari habitatnyaa, bahkan menjualnya ke pasar untuk dimakan membuat virus kehilangan rumah alamiahnya dan mereka mencari inang baru dan itu adalah tubuh manusia.
Sudah banyak peringatan yang diberikan oleh bumi, kecepatan mencairnyaa es di kutub utara lebih cepat dari perkiran para ilmuwan, cuaca panas dan kebakaran hutan yang ekstrem di Australia pada akhir Tahun 2019, banjir terjadi di Ibukota Jakarta awal Tahun 2020. Apabila bencana dan wabah terjadi bersamaan, manusia pasti kewalahan. Sehingga kita bersungguh-sungguh menjaga ekosistem hutan dan laut kita. Ekosistem itu merupakan rumah alami aneka satwa liar baik yang berukuran besar maupun berukuran nano. Meninggalakan cara-cara eksploitatif dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Sudah saatnya perlu mendorong adanya ekonomi hijau yang berorientasi kepada keberlanjutan (sustainable deveploment) dan keadilan sosial. Dan memperbaiki hubungan dengan alam dan hidup berdampingan dengan hewan satwa liar. Berikan waktu sejenak untuk bumi dapat bernapas dan memulihkan diri dari aneka kerusakan yang telah manusia perbuat. Dengan banyak memohon ampunan kepada Sang Pemilik Alam dan memperbaiki kehidupan di bumi ini. “Percayalah, jika kita berbuat baik kepada alam mereka akan berdoa dan berdzikir kepada Tuhan yang Maha Pencipta tanpa terputus,” bisa jadi mahluk lain seperti binatang maupun tumbuh-tumbuhan inilah yang akan membantu manusia untuk masuk surga. Tidak ada hal sia-sia dalam hal berbuat baik, khusunya untuk alam, dikutip oleh pria penyelam dari artikel Mongbay.