Poso 1 - 3

Poso 1

Pada malam Natal tanggal 24 Desember 1998, yang secara kebetulan bertepatan dengan bulan Ramadan, seorang pemuda yang berasal dari kelurahan mayoritas Protestan di Lombogia bernama Roy Runtu Bisalemba menikam Ahmad Ridwan, seorang pemuda Muslim dari kelurahan Kayamanya. Informasi yang beredar di pihak Kristen menyebutkan bahwa Ridwan melarikan diri ke masjid setelah ditikam. Sedangkan versi Muslim menggambarkannya sebagai serangan terhadap seorang pemuda Muslim yang tertidur di halaman masjid, dan dalam beberapa versi menyebutkan bahwa korban sedang shalat atau bahkan menjadi imam.

Para tokoh dan pemuka agama dari kedua belah pihak kemudian bertemu, dan menyepakati bahwa alkohol-lah yang merupakan sumber masalah dan setuju untuk melarangnya selama bulan Ramadan. Polres Poso berikutnya mulai menyita ribuan minuman keras untuk kemudian dihancurkan. Dalam sebuah kesempatan, saat para pemuda Kristen berusaha melindungi sebuah toko miras milik orang Tionghoa Kristen, mereka bertemu dengan para pemuda Muslim yang awalnya berniat untuk menyegel toko tersebut, dan bentrokan antar kelompok pun tidak dapat dihindari.[4] Rumor beserta kabar burung yang beredar di pihak Kristen pada umumnya menyatakan bahwa ada sebuah gereja yang dibakar. Pada tanggal 27 Desember, sekelompok orang Kristen bersenjata yang menaiki truk dari Tentena tiba, dipimpin oleh seorang anggota DPRD Poso, Herman Parimo.

Laporan dari seorang narasumber Muslim memperkirakan bahwa 1000 orang Muslim tiba dengan menggunakan 27 truk, mobil pikap, dan kapal motor.[5] Bentrokan meningkat, dan polisi tidak mampu berbuat banyak

Spanduk, surat kaleng, dan grafiti yang menyerang para pejabat pemerintah kabupaten Poso yang beragama Kristen mulai menjamur, terutama menargetkan Parimo

Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan hasil penyelidikan mereka menunjukkan bahwa kerusuhan di Poso terjadi bukan karena ketegangan agama atau etnis. Mereka menyebut kekerasan terjadi karena "miskomunikasi"

Poso 2

Setelah lebih dari satu tahun, konflik Poso kembali terjadi pada bulan April 2000.
Peristiwa berawal dari persidangan mantan bupati Afgar Patanga yang diduga telah menyalahgunakan dana dari program kredit pedesaan. Ada rumor bahwa sebagian dana tersebut digunakan untuk menyewa massa dalam penyerangan gedung peradilan.
Pada 15 April, adanya prediksi dalam surat kabar yang mengancam akan terjadi lebih banyak peristiwa kekerasan jika calon bupati Damsik Ladjalani tidak dipilih.
Keesokan harinya, seorang pemuda Muslim mengatakan bahwa dirinya diserang oleh sekelompok pemuda Kristen dan menunjukkan sebuah luka pada lengan. Lalu, terjadilah perkelahian antara
pemuda Kristen dan Islam. Pemuda Islam membakar rumah-rumah umat Kristen Poso yang berada di daerah terminal bus dan Lombogia.
Pada 17 April, anggota Brimob tidak sengaja menembaki kerumuman massa yang melukai 8 pemuda Muslim dan menewaskan Mohammad Yusni dan Yanto.

Poso 3

Pembalasan dari pihak Kristen ke pihak Islam. mereka menculik warga sipil dan anak-anak beragama Islam, dan membunuh Sersan Mayor Kamaruddin Ali. Mereka membuat 2 tim, bernama Kelelawar hitam dan kelelawar merah

OH HEY, FOR BEST VIEWING, YOU'LL NEED TO TURN YOUR PHONE