Tangisan yang telah Tiada
Yulitanatasyah
Waktu yang terus menerus berlalu, penantian demi penantian aku lalui,
Hembusan angin malam yang selalu menemaniku, mata yang seolah-olah tidak bersahabat lagi dan berubah menjadi bundaran hitam di sekitarnya, sunyi yang kurasa saat ini.
Rasa Lelah? itu pasti.
Aku menatap jam dan menunjukkan pukul dini hari. Aku masih menetap disini. Menunggu dan menunggu, karena dengan menunggu rasa rindu ini akan berkurang walaupun tidak sepenuhnya.
Mata pun tak sanggup menahan. Hembusan angin dan rasa lelah menjadi satu sehingga membuatku menyelam kedalam mimpi.
Aku terbangun. Melihat keadaan yang mulai ramai, suara riuh berasal dari ruangan di sebelahku, entah apa yang terjadi aku tidak tau. Aku hanya fokus menunggu seseorang yang membuatku rindu setiap harinya.
Aku sering berkhayal tentang kedatanganmu kelak dan tingkah lakumu yang akan membuatku tertawa sepanjang hari.
Lamunanan ku tiba-tiba hancur. Seorang pria datang memakai pakaian putih dan membawa alat yang ia lingkarkan tepat pada lehernya, alat itu sangat menjadi prioritasnya.
Ia berbicara tiga kata, namun sungguh menyayat hati seperti ada duri yang menancap badanku dan menembus ke hatiku,
Rasa sesak mendatangiku. Sakit, perih, Sedih semua jadi satu. Orang yang selama ini aku harapkan akan kehadirannya, telah sirna. Tangisan nyaring yang kini di nantikan telah tiada.
Orang yang membuat ku rindu setiap harinya, kini akan membuatku rindu setiap detiknya.
Aku kehilangan dia. Sekarang semua waktuku akan kuhabiskan untuk merindukan dia setiap detik, menit ataupun jam.
Tuhan, jika boleh izinkan aku bertemu dengannya suatu saat nanti. Agar aku bisa melepas rindu ku kepadanya. Aku rindu, Benar-benar rindu, yang tenang disana Adikku.