Tyas Pikatan

My daily life's stuff

Hello Dear✌️💁
Welcome to my daily life!

Fyi, I have decided to start healthy life in 2018 with Enzyme Activator Dietary🌿.
I eat 80% plant-based foods 🥦and just 20% animal-based foods🥚.
I recovered from allergies after I stopped drinking cow's milk 🐄 and replaced it with plant-based milk🥛.

I'm a caregiver of a chronic autoimmune and CKD person.❤️ Wanna share your experience with me? An open question, please DM🗨️

I like :
1. Running, swimming, and cycling🏃‍♀️🏊‍♀️🚴‍♀️
2. Gardening, cooking, eating 🌿👩‍🍳🥙
3. Watching Netflix 📺
4. Reading a book with a cup of Robusta Coffe 📚☕
5. Shopping for women's daily needs🛒

I just spill my favorite stuff here! May be useful for you dear!😊

SCBJ

Senja Ceria Bersama Jangglengan

Intip Fenomena SCBJ yang Masih Jarang Diketahui😱

Desa Jangglengan diresmikan sebagai salah satu Desa Wisata di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah pada bulan Juli 2022.👏

Dibalik lokasinya yang jauh dari pusat kota, Desa Jangglengan menyimpan potensi pertanian dan wisata yang masih terus diberdayakan sampai sekarang.💪

Desa ini berlokasi di "Bengawan Solo Riverside" yaitu surganya para Mancing Mania karena melimpah dengan ikan dan belutnya.🎣

Lokasi ini juga berbatasan langsung dengan Kabupaten Wonogiri yang hanya dipisahkan oleh Sungai Bengawan Solo, maka dari itu saya senang menyebutnya "Borderland".🚣

Agrowisata yang dikelola oleh BUMDES menjadi mata pencaharian sebagian besar warga desa. 👨‍🌾
Kamu juga bisa berbelanja hasil pertanian melalui BUMDES.🍆🍅🥬

Mentari yang mulai terbenam di utara Gunung Calangan menambah keindahan Desa Jangglengan saat sore hari.🌅

Beruntung kalau kamu melihat sekawanan Burung Kuntul yang pulang setelah mencari makan. 🦩

Asik sekali menikmati indahnya "Sunset" di Taman Lembayung Senja sambil jajan Pentol Korea dan Nasi Goreng "Pikamewa" (Pinggir Kali Mepet Sawah).🏞️
Ada juga yang berolahraga sekedar berjogging dan bersepeda mengelilingi desa.

Pendopo Balai Desa dengan tampilan yang "Aesthetic" kerap kali digunakan sebagai tempat menari, photoshoot, ataupun berselfie ria oleh warga sekitar maupun masyarakat dari luar desa. 🤳

Kamu juga bisa menikmati indahnya Pemancingan, Swimming Pool With a View dan Petilasan Pakubuwono IX.🎣🏊‍♀️🧘

Ajak bestiemu kesini yuk!💃

Semoga desa ini semakin maju dan ada banyak lampu.💡✨

Saya tunggu event JFW~ Jangglengan Fashion Week!

Kiwkiw!!

My Little Path As A Caregiver

Part 1

Hai, aku Tyas. Aku ingin berbagi bagaimana memaknai hidup sebagai caregiver (a hard decision and destiny).

Puji Tuhan aku terlahir sehat secara fisik, Tuhan memberikan aku tubuh yang utuh dan tidak kurang (meski sampe sekarang nggak bisa ngomong R dan sedikit alergi hampir semua protein hewani).

Inilah kisahku ketika kakak pertamaku sebut saja IP, menyandang Odapus (Orang dengan penyakit lupus) yang di diagnosa pada tahun 2012 meski sudah bergejala sejak tahun 2000an.
Bagaimana mengenali Odapus? Penyakit Lupus merupakan penyakit Autoimune yang menyerang berbagai organ atau disebut penyakit seribu wajah dan mengalami gangguan inflamasi kronis.

Mungkin kakakku tidak seberuntung aku yang punya tubuh sehat, namun sepertinya aku salah menduga. Justru melalui sakitnya berpuluh-puluh tahun membuat hatinya bersinar seperti permata. Dia selalu menolong orang yang kesusahan bahkan orang yang tidak dikenalnya dimanapun dan kapanpun. Orang sehat pun mungkin tidak mampu melakukan apa yang dia lakukan kepada sesamanya. Tuhan membentuk dirinya begitu indah meski fisiknya remuk redam dalam setiap rintihan nafasnya. Hati yang tidak pernah aku lihat seindah itu, meski terkadang dia mengalami pingsan dan kejang karena sakitnya itu.

Aku selalu berdoa untuk kesembuhannya, namun jika semua itu diizinkan Tuhan bahwa kakakku harus melaluinya, aku berdoa agar dia tetap kuat dan tegar melalui semua anugerah Tuhan ini.

Ibuku, usianya sudah tidak muda lagi, juga menyandang Autoimune ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura) yang menyebabkan trombositnya selalu berkurang dan terasa lemas dan harus menjalani terapi Methyl Prednisolon.

Mendiang Bapak, merupakan pasien Diabetes yang berakhir dengan gagal ginjal kronis atau CKD (Chronic Kidney Disease) yang disebabkan karena genetik dan pola makan yang amburadul.

Kisahku bermula ketika aku masih asik merantau ke Jakarta di salah satu perusahaan FMCG. Ditahun ketiga aku bekerja, aku mendengar kabar bahwa Bapak sudah tidak sehat lagi dan Ibu full time mengurus Bapak.

Akhirnya aku putuskan untuk pulang kampung dan mencari kerja terdekat dengan keluarga atau calon suami. Aku juga menyalurkan hobby masakku melalui @mamapika.id.

Pada bulan November 2020 kondisi mendiang Bapak semakin menurun, harus cuci darah 2x seminggu namun hasilnya malah semakin memburuk.

Pada Agustus 2021 aku memutuskan resign dari pekerjaanku di salah satu perusahaan FnB di Solo karena memang ingin fokus mengurus mendiang Bapak dan mempersiapkan pernikahanku serta membantu beberapa administrasi bisnis calon suamiku waktu itu.

Resign adalah keputusan yang berat bagiku, namun kalau bukan aku yang merawat Bapak, apakah aku tega membiarkan Ibuku yang lansia mengurus Bapak sendiri dengan kondisi fisiknya yang menyandang ITP? Sedangkan di rumah kakakku kondisinya juga tidak stabil.

3 Bulan setelah resign aku menikah dengan seseorang yang aku cintai, dia tidak sempurna begitu halnya diriku, meski begitu banyak kekurangan kami memutuskan berjanji jalan bersama dan saling memberikan ruang untuk bertumbuh. Menikah adalah keputusan yang masih berat bagiku saat itu melihat kondisi keluarga yang seperti ini. Tapi aku bersyukur sekali karena waktu Tuhan itu tepat.

A Little Path As A Caregiver

Part 2

Bersyukurnya aku punya suami yang baik, yang mengizinkan aku merawat mendiang Bapak sampai Bapak berpulang ke Rumah Bapa di Surga.

Mungkin saat ini adalah saat terendah dalam hidupku kehilangan orang yang aku sayangi bahkan dengan segala memori baik buruk mendiang Bapak yang sampai sekarang belum bisa aku lupakan.

Aku korbankan pekerjaan, project, waktu, tenaga bahkan perasaan untuk merawat Bapak saat itu. Bersyukur aku punya suami yang baik mau membantu aku menjaga Bapak dan kakak Ipar yang sangat sabar dengan kondisi istrinya ataupun Bapak mertuanya.

Keputusanku untuk merawat Bapak adalah keputusan yang sangat berat bagiku, 1 tahun yang seringkali orang lain menganggap sia-sia, namun bagiku itu waktu yang sangat berharga. Aku beruntung diberikan privilege oleh Tuhan karena tidak semua anak mau dan memiliki kesempatan untuk itu.

Meski keadaanku terseok-seok dan “dedel duel” (remuk redam) akhirnya aku bisa menyelesaikan perjuanganku untuk merawat Bapak sampai akhir hembusan nafasnya.

Apa yang membuat aku bertahan dan kuat merawat Bapak waktu itu? “Janji Tuhan” yah mungkin terdengar klise, tapi saat itu aku hanya berpegang pada 1 janji yang memberikan aku harapan bahwa hari esok lebih baik.

“Keluaran 20:12 TB. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu”.

Aku yakin semua agama mengajarkan untuk menghormati orang tuanya. Hanya itu yang bisa aku lakukan.

Hal yang paling menyentuh hatiku adalah saat mendiang Bapak opname karena stroke dan berkata kepada suamiku dengan suara parau dan mata berkaca-kaca kalau aku anak yang berbakti.

Aku tidak mengetahui hal itu dan suamiku mengatakannya setelah Bapak sudah berpulang. Rasanya seperti menerima piala kemenangan saat itu, meski banyak sekali kekuranganku saat merawat mendiang Bapak.

Di fase saat ini setelah 3 bulan Bapak berpulang, aku belum bisa memutuskan jalan hidupku ingin apa dan mau kemana.

Bagai anak ayam kehilangan induknya, begitulah peribahasa yang bisa mendeskripsikan diriku saat ini. Ya, aku tau kalau Tuhan nggak pernah ninggalin aku. Mungkin saja aku hanya butuh waktu untuk melakukan penerimaan keadaan ini.

Dalam diam dan setiap peristiwa aku semakin menyadari bahwa:

1. Ketika Tuhan izinkan semua hal baik dan buruk terjadi semuanya adalah anugrah

2. Dulu aku berpikir bahwa anugrah hanyalah life in abundance. Padahal dalam setiap penderitaan, kita merasakan kasih Tuhan saat kita memanggul salibNya.

3. Dulu aku masih menaruh self esteem dan self worth pada beberapa faktor seperti : fisik, profesi, skill, kekayaan, kedudukan, dll. Ternyata aku salah, ketika Tuhan izinkan semua diambil dariku aku menyadari bahwa rasa berharga karena kita diciptakan sebagai makhluk yang utuh, yang dikasihi sejak sebelum aku dilahirkan ke dunia. Yaitu makhluk yang diciptakan segambar dan serupa Dia untuk maksud dan tujuan tertentu.

4. Aku lebih mencintai diriku saat ini, karena diri ini sudah bekerja keras sejauh ini. Aku juga lebih menghargai tubuhku, makan nabati 80% dan hewani 20%, rutin olahraga, tidur lebih awal, bangun lebih pagi, berjemur dan menyalurkan banyak hobby. Aku selalu berharap tubuh ini baik-baik saja sampai masa tuaku bahkan sampai tutup usia.

5. Nggak usah ngikutin dan bandingin diri ini sama template hidup orang lain. Setiap manusia diciptakan dengan maksud dan tujuan tertentu, ibarat sebuah brand kita punya Unique Selling Point dan target market sendiri secara customize, nggak bisa apple to apple kan? Yang ada malah apple to durian!

6. Kalau kamu mengalami kesedihan berkepanjangan, hilang konsentrasi, insomnia, mimpi buruk, kecemasan berlebihan jangan sungkan ke psikiater. Obat dan psikiater bisa membantu jiwamu lebih sehat, jangan denial atau malah self diagnose!

My Little Path As a Care Giver

Part 3 (Last)

7. Melatih diri untuk mengucapkan “Terimakasih Tuhan” untuk hal-hal yang baik ataupun tidak baik

8. Dalam posisi terendah dalam hidup kamu akan menemukan hanya segelintir orang yang benar-benar sayang padamu.

9. Jangan nge judge orang sebatas hal-hal yang kamu mengerti ya, banyak bagian yang kamu nggak ngerti. Bajunya dan sepatunya bukan sepatu kita. Jangan jadikan diri ini benchmark untuk orang lain (karena dulu waktu aku masih bego juga begitu).

10. Banyak-banyak bantu orang pas lagi diatas, jangan merendahkan orang lain karena keadaan kita lebih baik atau memandang sebelah mata. Karena kita nggak pernah tau kapan Tuhan mengangkat dan merendahkan seseorang. Manusiakan manusia.

11. Mengerti arti rasa cukup dan penerimaan keadaan hal yang nggak bisa ubah

12. Kalau kita belum melihat sesuatu yang baik, sabar ya Tuhan menuntun kita selangkah demi selangkah melalui firmanNya yang menerangi jalan kita. Belajar berproses.

Mungkin hanya 12 point yang bisa aku tulis, tapi ngejalaninnya e busettt setengah mampus.

Hidup nggak hanya masalah passion but what’s your life purpose? Tanyakan ke hati kecilmu sekali lagi. Karena kadang kita harus menerima hal yg gak bisa kita ubah.

Terima kasih ya kamu sudah membaca ceritaku, semoga harimu lebih indah dan Tuhan memberkati setiap usahamu.

Love,

Tyas

Doakan Sesuatu Yang Tak Pernah Kamu Doakan

Sebuah Dialog Dengan Diri

Hello,
Apa kabar? Bagaimana perasaanmu hari ini?

Sering kali kita menanyakan ke orang lain bagaimana kabarnya, namun kita sering lupa menanyakan pada diri sendiri bagaimana keadaannya sekarang.
Bahagia kah? Sedih kah? Kecewa kah?

Ketika kesedihan dan kekecewaan terus menerus memberondong dalam hidup, kita mulai memikirkan:
Karma apakah yg aku lalui saat ini? Berdosakah aku hingga aku harus menanggung penderitaan ini terus menerus?
Lupa kah Tuhan sama aku?
Dan kita mulai terus bertanya-tanya dalam diri maupun mempertanyakan Tuhan.

Padahal Tuhan sedang mengizinkan kita melewati padang gurun. Bukan untuk membinasakan namun melatih hidup kita semakin murni, membalikkan semua keinginan dan pemikiran yg tidak sesuai rencanaNya.

Ketika kita memberi diri berdialog dengan batin ini, apa sebenarnya yg dia mau?
keinginan apakah yg membuat kita semakin menderita?

Penderitaan timbul akibat keinginan dan pemikiran hati manusia, itulah makanya kita harus tau betul apa itu rasa cukup.

Ketika kesedihan dan kekecewaan terus menerus datang, aku mencoba dari hal kecil untuk mendoakan apa yg tidak pernah doakan.

Ada sepiring nasi sapo tahu, tahu bacem dan segelas teh hangat malam itu. Ya lauk sederhana tapi aku suka sekali.

Aku mulai berdoa untuk:
1. Petani padi dan pedagang beras
2. Petani dan pedagang sayuran
3. Pembuat tahu dan tanteku yang membelikan tahu
4. Koki yg memasak (kebetulan beli lewat shopee food)
5. Abang Shopee Food
6. Petani teh, gula dan produsen

Aku doakan satu persatu sebelum makan, dan diri ini bilang kalau makan aja banyak sekali orang yg terlibat dan proses yg panjang terlebih hidup kita yang sangat kompleks dan rumit.

Namun aku senang karena diri ini jadi paham bahwa proses hidup itu nggak enak, sebuah perjalanan yg sulit dan panjang. Pada akhirnya kita mencapai tujuan yg sesuai dengan kehendakNya.

Manusiawi ketika aku sering membandingkan diri dengan yg lain, namun justru bukan bahagia yg aku dapatkan namun menambah sengsara.

Sering juga aku berdoa agar hidup normal dan biasa saja (in average). Tapi kok aku nggak tau diri, kan aku ciptaanNya hehe. Pasti lah akan diciptakan sesuai dengan tujuanNya meski harus melewati padang gurun namun aku yakin bahwa nantinya akan tiba ke tempat bermata air.

Terimakasih Tuhan sesulit apapun jalan yg harus aku lalui aku yakin selalu ada pemeliharaan Tuhan ketika kita memulai menghitung satu persatu berkatNya yg tiada habisnya.

Makasih ya udah baca, semoga harimu weekend terus dan mertuamu bukan megawati :D

Love,
Tyas

My Mental Health Journey

Part 1

My Mental Health Journey

Hello, nggak bosan kan denger ceritaku?

Apa kabar? Semoga kamu disana baik-baik saja ya!

Apa kabar adalah pertanyaan yang suka aku dengar, karena kadang orang perlu menjawab bahwa dirinya tidak sedang baik-baik saja. Baik secara fisik belum tentu baik secara mental bukan?

Kadang cerita mental health dianggap tabu atau kita takut di cap menjadi orang yang lemah. Kadang kita juga takut dianggap kurang iman padahal sebenarnya tidak seperti itu kenyataannya. Aku tidak suka jika stigma ini menjadi penghambat penyembuhan diri masing-masing jiwa kita.

Jika kamu dalam keadaan sehat, cukup, berpakaian layak, dikelilingi orang yg dicintai dan masih tidur nyenyak bersyukurlah karena tidak semua orang mendapatkan kebahagiaan tersebut.

Aku ingin bercerita tentang mental health journey yang sedang aku alami sejak kehilangan orang yang aku cintai.

Aku rasa aku sedang tidak baik-baik saja. Itu yang aku rasakan 2 bulan setelah kehilangan Bapak. Keadaan yang sangat sulit untuk mengalami suatu penerimaan, bukan hanya karena kehilangan orang yang dicintai namun mengalami beberapa hal berat yang bertubi-tubi.

“Mungkin hal ini tidak seberapa dengan apa yg aku alami!”. Itulah yang sering aku dengar ketika memiliki lawan bicara yg tidak tepat. (Waktu aku masih bego jujurly juga sering begini ke orang lain dan sama sekali tidak membantu).

Yah, berat memang setelah kehilangan Bapak aku tidak merasa seperti Tyas biasanya yg selalu ceria, kadang sangat ambisius, terbuka, ramah kepada orang lain dan hampir tidak punya rasa takut.

Aku menjadi pribadi yg sangat berbeda, sangat sensitif, sering marah, sedih berkepanjangan, mengisolasi diri dan menarik diri dari orang lain. Insomnia, mimpi buruk, tergeragap saat tidur dan sering pusing.

Aku bahkan sangat kesulitan untuk berdoa, sangat sulit berkonsentrasi dan tidak fokus.

Pertama kali mengalami gejala psikomatis aku sangat bingung dengan diriku. Apakah aku kurang berdoa dan membaca firman? Jawabannya tidak!

Bahkan untuk berdoa saja aku tidak bisa berkonsentrasi dan mengalami kesedihan berlarut. Sampai akhirnya aku hanya bisa bersyukur dan menghitung kebaikan Tuhan dalam sehari.

Puji Tuhan aku punya support system yang sangat mendukung dan gejala psikomatis tersebut sangat mengangguku selama 2 bulan. Akhirnya aku putuskan untuk berobat. Aku tidak mau denial dan merasa bahwa aku kuat. Justru sebaliknya karena aku sangat terganggu dan butuh bantuan professional.

Akhirnya aku pergi ke psikiater dan ternyata aku mengalami gangguan kecemasan dan depresi.

Proses penyembuhannya pun juga memerlukan waktu -+ 2 tahun. 6 bulan untuk pengobatan dan 18 bulan menunggu stabil.

Obat sangat membantuku. Tidur dan bangun menjadi tepat waktu, keluhan insomnia berkurang, meskipun masih sedikit sensitif, sedikit merasa rendah diri dan mimpi buruk. Puji Tuhan aku sudah bisa berdoa dan sedikit berkonsentrasi.

2 tahun ini mungkin akan menjadi perjalanan panjang bagiku, namun jika itu adalah jalan kesembuhan dan memampukan aku melalui proses penerimaan aku akan sangat bersyukur melalui semua ini.
Pergi ke psikiater bukan berarti orang gila bukan?

Jika kamu juga merasakan hal yang sama, jangan denial dan segera minta pertolongan professional ya!. Jangan hanya kamu merasa malu untuk terlihat lemah, kurang iman atau merasa semua baik-baik saja kamu tidak mau berproses untuk sembuh.

Terimakasih untuk orang-orang yang masih mempedulikanku dan masih ada di saat-saat terendahku. Bersyukur sekali boleh mengalami semua ini, karena orang yg benar-benar tulus mencintai akan selalu ada meski di titik terendah.

Aku menulis ini bukan untuk dikasihani, tapi aku ingin orang lain yg sama juga terbantu.

OH HEY, FOR BEST VIEWING, YOU'LL NEED TO TURN YOUR PHONE