Lokasi ini menyuguhkan taman batu marmer. Lokasi ini ideal untuk wisata kuliner dan hiburan (Tetambangan, spot foto taman batu, dan edukasi batu marmer). Selain itu, di tempat ini menampilkan hasil buatan mamer dalam rupa meja, panggung, hiasan, dan pernak pernik ruangan. Tempat ini kaya akan hasil alamnya. Ini merupakan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. 
Masuk di taman Jalu Watu, wisatawan akan mendapatkan fasilitas makan, minum, dan edukasi batu marmer. 
Jalu Watu sangat cocok untuk tempat istirahat bersama keluarga dengan menikmati pemandangan batuan marmer dan suguhan makanan tradisional

Goa Lawa merupakan salah satu objek wisata di Trenggalek yang patut Anda kunjungi. sejak diresmikannya menjadi objek wisata pada tahun 1984, Gua Lowo atau dalam bahasa jawanya gua kelelawar telah dikunjungi oleh puluhan ribu pengunjung. Hingga saat ini, goa yang terkenal sebagai goa terbesar dan terpanjang di asia tenggara ini masih menyimpan sejuta misteri.
Dinamakan goa lowo atau goa kelelawar karena di goa ini terdapat sejumlah kelelawar yang menghuni goa ini. dan uniknya lagi tidak ada fauna lain yang mampu bertahan hidup di goa ini, mungkin karena suara yang ditimbulkan oleh kelelawar yang sangat banyak sehingga membuat fauna lain terganggu. Selain itu kondisi yang gelap, sesak serta sudah termodifikasinya bagian luar untuk objek wisata menjadi faktor lain.
Kondisi jalan dari Kota Trenggalek atau dari kota Tulungagung menuju ke Goa Lawa sudah cukup baik. Meskipun perjalanan tidak lebar namun perjalanan anda tidak akan terhambat oleh jalan-jalan yang rusak atau berlumpur karena perjalanan sudah teraspal semua. Ketika Anda berkunjung ke goa terbesar se asia tenggara ini Anda tidak akan menemukan banyaknya kendaraan yang lewat lalang, karena goa ini berada di suasana pedesaan.

Kedung ringin merupakan salah satu tempat wisata yang berada di Desa Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Kedung Ringin ini merupakan perpaduan dua unsur alam antara batu granit dan batu kapur, ini identik dengan unsur Yin dan Yang, yang diyakini memiliki kesimbangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Wisatawan disana akan mendapatkan pengalaman menarik yakni bermain di air yang jernih, memupuk rasa gotong royong, melatih motorik kasar.
Akses jalan menuju kedung ringin masih belum bagus, tetapi masyarakat sudah membuat jalan setapak dari bambu, untuk mempermudah akses jalan menuju kedung ringin. Disana masih belum ada papan nama wisata kedung ringin. Mungkin sebentar lagi bakal dibuat papan nama supaya mudah untuk mencari lokasi kedung ringin. Lokasi ini sangat cocok bagi yang gemar berpetualang.

Wisata Kampung Sepikul merupakan salah satu wisata yang terletak di Dusun Krajan Desa Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Letaknya di sebelah selatan Balai Desa Watulimo atau lebih tepatnya di sebelah utara Rumah Budaya Watulimo. Wisata Kampung Sepikul ini biasanya disebut juga dengan WKS. Setiap hari, warganya disuguhkan dengan pemandangan alam Gunung Sepikul yang tempatnya tidak jauh dari Kampung Sepikul. Selain itu, banyak juga sawah yang terhampar luas.
Akses jalan menuju Kampung Sepikul sudah berupa jalan aspal dan dapat ditempuh dengan mobil atau sepeda motor. Sepanjang perjalanan, di kanan kiri jalan disuguhi pemandangan pepohonan yang rindang dan juga Pemandangan Gunung Sepikul. Disana masih sudah ada papan nama wisata Kampung Sephikul.

Warna hijau yang mendominasi pemandangan, baik dari tanaman padi maupun vegetasi di sekitarnya, memberikan kesan damai dan harmoni. Saat angin berhembus perlahan, tanaman padi menggoyangkan tangkainya dengan lembut, menciptakan gerakan gelombang hijau yang merdu dan menenangkan. Keindahan ini di tingkatkan oleh sinar matahari yang bermain-main melalui daun-daun dan tangkai tanaman, menciptakan kontras cahaya dan bayangan yang mempesona. Wisata Sawahan ini terletak di belakang wisata kampung sephikul.

Rumah Budaya Watulimo berlokasi di Dusun Krajan RT 10 RW 03 Desa Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Rumah Budaya Watulimo berlokasi di rumah keprabon Mbah Karsodikromo (Alm. Mbah Bolos), beliau adalah kepala desa Watulimo di zaman penjajahan Jepang.
Tempat ini menjadi lokasi berlangsungnya berbagai kegiatan masyarakat seperti aktivitas seni budaya yaitu karawitan, campursari, seni tari, seni lukis, seni jaranan.
Rumah Budaya Watulimo dibangun oleh Pak Andri sejak tahun 2017 atas inisiatifnya sendiri. Pada awalnya banyak sekali yang menyepelekan ide dari Pak Andri ini. Namun Pak Andri tidak menghiraukan apa yang dikatakan orang di sekitarnya. Ia tetap bersikukuh dengan pendiriannya.
Setelah rumah budaya berjalan selama 1 tahun, masyarakat sekitar perlahan mulai melihat dampak positif yang dihasilkan dari dibangunnya rumah budaya ini yaitu anak-anak muda mulai suka tradisi daerah seperti tari, wayang, dsb.
Latar belakang dibangunnya rumah budaya ini adalah untuk memanfaatkan lahan yang ada untuk dijadikan sebagai rumah budaya yang berperan sebagai sumber ilmu dan edukasi seputar budaya tradisional.
Kedepannya, Pak Andri berkeinginan untuk memperluas rumah budaya dan dijadikan sebagai museum budaya. Selain itu Pak Andri juga ingin untuk membangun pendapa sebagai tempat latihan kelompok tari.
Tak hanya itu, Pak Andri juga berencana menambahkan cafe untuk para pengunjung bisa menikmati keindahan rumah budaya.