Kemarin aku diminta untuk bantuin kakek buat daftarin ke lapak asik punya BPJS. Awalnya kutolak permintaan dari ibuku, karena ga terbiasa nerima tamu. Namun alasanku tidak dihiraukan, pada saat itu aku kesal banget.

Beberapa jam kemudian kakek datang dengan membawa berkasnya, aku bertanya apakah berkasnya perlu di print/discan. Beliau mengeluarkan handphone dan menunjukkan persyaratannya, ternyata ada beberapa dokumen yg wajib discan.

Aku pun pergi dari ruang tamu karena di rumah ada printer dengan scanner namun berada di ruang tengah, jadi ga usah keluar rumah.

Beberapa saat kemudian aku kembali ke ruang tamu dengan membawa berkas dan laptop, dan akan mengisi data pendaftarannya. Pada saat itu kuotaku sedang sekarat jadi aku meminta hospot kepada kakek, dan ternyata beliau tidak tau/gaptek.

Kemudian setelah itu aku mulai mengisi data persyaratannya. Mulai kartu peserta, ktp, norek semua yang aku scan masuk dalam data tersebut.

Setelah selesai, aku bertanya banyak tentang BPJS itu ke kakek. Beliau mendapat JHT karena umurnya lebih dari 56 tahun dan sudah mengundurkan diri dari perusahaan tempat ia bekerja. Dan BPJS itu didaftarkan oleh perusahaan, jadi beliau menyisihkan 20% gajinya untuk tabungan tersebut dan sisanya di tanggung oleh perusahaan. Aku rasa memang sepadan, karena SMK, jadi aku tau tentang jaminan keselamatan kerja, apalagi di perusahaan besar dan harus merantau rasanya lebih layak jika di beri jaminan seperti BPJS tersebut.

Namun ga semua perusahaan ingin mendaftarkan BPJS, kemungkinan karena pengeluarannya belum stabil. Tapi beliau menjelaskan bahwa perseorangan dapat mendaftar sebagai peserta BPJS, dan menabungkannya tiap bulan.

Setelah perbincangan yang cukup lama, akhirnya kakek pamit pulang. Aku merasa sangat kecewa pada diriku sendiri, karena sebelumnya menolak untuk membantu. Ternyata setelah aku cari-cari info, ada banyak calo yang menipu orang-orang yang seperti kakek yang kurang mengerti teknologi, dan kedua om ku sudah sibuk kerja.

Aku merasa memang banyak pembelajaran dari hal ini, dan di samping itu aku merasa senang karena bisa berbincang dengan kakek tanpa kikuk.