Winter Love (WebNovel) —
Eps 1 [Snowy]
oOo
“ papa, jangan pergi!!! Papa!!!!”
“ sayang, ja..ga mama mu. Jangan buat dia sedih.”
“ papa, maafkan aku. Maaf papa.. maaf..”
“ kamu tak per..lu min..ta maaf. Kamu ti..dak salah. Papa say..ang kamu”
“ papa, aku juga sayang papa”
“ berjanjilah pada papa, kamu akan jaga mama mu demi papa, jangan menangis lagi Cathy”
“ iya. Tapi papa jangan pergi”
“ …..”
“ papa!! Papa!! Bangun papa!! Papaaaaaa!!!”
…..
#Cathy POV
“ huh, mimpi itu lagi”
Aku terbangun dari mimpi buruk yang terus menghantui ku beberapa hari ini. Mimpi itu semakin membuatku terpuruk dalam penyesalan yang begitu dalam. Aku selalu terbangun tengah malam karna mimpi itu. Andai saja kejadian itu tidak terjadi, pasti sekarang aku bisa dengan tenang menjalani hari-hari ku bersama kedua orang tuaku.
#FlashBack
“ papa, sebentar lagi kan aku ultah, aku ingin hadiah ku mobil ya?” ucapku dengan manja.
“ umurmu masih belum cukup untuk mengemudi. Tunggulah setahun lagi, baru papa belikan” jawab papa’ku tegas.
“ papa, aku kan bisa berhati-hati saat mengendarainya. Apa hubungannya umur dengan mobil? Urusan SIM kan bisa menunggu” aku sebenarnya tipe gadis yang penurut, tapi aku juga cukup keras kepala ketika dihadapkan dengan hal yg kuinginkan.
“ apa kamu tidak mengerti? Papa melakukan ini untuk kamu Cathy. Papa pasti akan membelikannya untuk mu, tapi sekarang belum saatnya. Kamu masih belum terlalu dewasa untuk…” aku memotong ucapan nya.
“ kenapa belum saat nya? Teman-teman ku sudah memiliki mobil sendiri. Lagipula, papa kan memiliki cukup uang untuk membelikan ku mobil.” Keluarga kami memang keluarga yang cukup berada. Jadi untuk membeli 1 mobil saja, tidak mungkin akan membuat keluarga ku bangkrut kan!
“ apa kamu mau selalu seperti teman-teman mu? Kalau mereka semua membeli PESAWAT, kau juga mau membeli nya?” ujarnya dengan menekankan kata pesawat. “ Masalah uang memang tidak menjadi masalah buat papa, tapi sekarang kamu belum cukup dewasa. Jadi bersabarlah sampai saatnya tiba. Papa mau kamu dengar apa kata papa. Jangan membantah!” papa lalu berlalu ke kamarnya.
Mendengarnya membuatku semakin ingin menjawab kata-kata papa’ku itu. Namun mama mencegah ku.
“ Cathy, tolong jangan melawan papa mu” kulihat ada gurataan sedih dibalik wajahnya itu. Aku diam saja dan pergi keluar rumah sambil membanting pintu dengan keras.
“ Cathy.. Cathy.” Aku mengabaikan panggilan mama’ku seolah-olah aku tidak mendengarnya.
Saat itu sudah pukul 8 malam, aku memilih untuk berjalan-jalan ketaman, menikmati udara malam yang sejuk.
“ huh, dingin” uap air keluar dari mulut ku. Sekarang sudah awal musim dingin, tepat nya tanggal 1 Oktober. Jadi maklum saja udara sampai sedingin ini. Aku lupa bawa jaket lagi. Huh, ya sudahlah, yang penting aku tak ingin kembali kerumah.
Aku duduk dibangku taman. ku lihat langit yang gelap, bahkan bintang pun tak nampak. Hanya bulan yang samar-samar terlihat dibalik awan kelabu. Sungguh malam yang buruk, semakin memperburuk suasana hatiku.
Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa aku sangat memaksa papa’ku untuk membelikan ku mobil. Awal bulan November nanti, ada lomba balap mobil, yang hadiah nya cukup besar. 10 juta won. Ya, siapa yang tidak tergiur dengan hadiah tersebut. Meskipun aku tau bahwa papa bisa memberiku berapapun uang yang aku inginkan, tapi aku tidak ingin merepotkan nya dan di cap sebagai anak manja.
Selama ini aku sudah menggeluti hobiku ini. Awalnya aku hanya melakukan hobi ku itu untuk main-main, aku berlatih pun menggunakan mobil sahabatku. Tapi tiba-tiba, Cedric, preman sekolah sekaligus teman sekelasku itu, menantangku untuk mengikuti perlombaan itu. Merasa tertantang dan tak mau dibilang pengecut, akhirnya aku pun menerima tantangannya, dengan harapan papa’ku mau membelikan ku mobil.
Jika aku kalah darinya, maka aku akan menjadi budaknya selama 1 semester di sekolah. Dan jika aku yang menang, maka dia yang akan menjadi budakku selama 1 semester.
Tapi, mendengar ucapan papa ku tadi, membuatku down. Bagaimana kalau aku tidak bisa mengikuti perlombaan dan akhirnya aku kalah? Bukankah itu artinya aku harus menjadi budak Cedric? Ah, itu sangat memalukan, aku sangat takut hal itu terjadi. Aku hanya berharap ada keajaiban yang membuat hati papa ku luluh dan mengabulkan keinginanku. Papa ku memang memiliki mobil, tapi, pasti dia tidak akan mengijinkan ku mengendarainya. Entah lah, aku hanya berharap ada keajaiban. Seharusnya waktu itu aku tak perlu menerima tantangan dari makhluk astral itu.
Huh, aku melamun, maratapi nasibku. Tiba-tiba aku merasa ada seseorang duduk di sampingku. aku menoleh. Melihat siapa yang dengan tega mengganggu lamunanku itu.
Wow, apakah aku bermimpi. Sesosok laki-laki dengan rupa yang sangat tampan sedang duduk disampingku. Ia terlihat sedang melamun. Apa sedang ada masalah? Tiba-tiba lelaki itu menoleh..
“ah..eh, maaf aku mengganggu, m..maaf” ucap ku dengan tergagap-gagap karena gugup dan kaget.
“ ga papa, nggak perlu minta maaf kok. Sama sekali nggak menanggu” ucap nya sambil tersenyum lalu kembali dalam lamunannya. Omg, senyuman nya terasa hangat sekali. Rasanya aku ingin meleleh melihat senyumannya itu, benar-benar manis.
“ uhm, boleh Tanya sesuatu nggak?” Tanya ku dengan hati-hati, takut mengganggu lamunannya.
“ boleh” jawabnya sambil tetap tersenyum. Senyumannya itu benar-benar membuatku gugup. Baru kali ini ada seorang lelaki yang bisa membuatku gugup seperti ini.
“ dari tadi aku perhatiin, kamu ngelamun. Kenapa? Apa sedang ada masalah?” Tanya ku penasaran.
“ jadi kamu dari tadi perhatiin aku?” mendengarnya, muka ku memerah, mulut ku seakan bisu tidak bisa menjawab apapun.
“ haha. Nggak kok. Aku Cuma bercanda. Emang ada sedikit masalah, tapi tidak terlalu besar. Hanya masalah keluarga.” Ujarnya masih tetap dengan senyumannya yang mempesona itu. Fiuh, syukurlah dia hanya bercanda.
“ oh. Ehm, kalau boleh tau, ada apa dengan keluargamu?” tanyaku lagi karena penasaran
“ hmm…" dia terdiam sambil melirikku.
"Ah maaf.. Kalau ngga mau cerita juga ngga apa-apa. Maaf aku lancang bertanya hal pribadi" aku tersadar kalau aku terlalu kepo dan takut menyinggung nya.
Dia kemudian tersenyum. "Ngga apa-apa kok. Sebenarnya orangtua ku menyuruh ku pindah sekolah hanya karena ada gossip aku dekat dengan guruku" Ucapnya yg membuatku terkejut
"Ah tapi itu semua ngga benar kok. Cuma gosip" Sanggah nya. Aku hanya mengangguk.
"Sebenarnya aku nggak mau pindah karena di sana, aku memiliki banyak sekali teman, dan juga perempuan yang aku sukai ada di sana. Karna kesal, aku kabur dari rumah” nada suaranya mulai terdengar agak sedih, tapi dia masih sempat menyunggingkan senyumannya meski terlihat getir.
“ perempuan yang kau suka? Siapa? Gurumu ya?” tanyaku meledek.
“ hus sembarangan. tentu saja bukan. Dia teman sekelas ku” jawabnya dengan agak kesal.
“ oh, maaf” ucap ku karena merasa kalau aku telah salah bicara.
Dia tersenyum lagi “ nggak apa-apa kok. Uhm, kalau kau? Kenapa kau malam-malam begini ada diluar rumah sendirian sambil melamun?” tanyanya sambil memperhatikan ku dari atas sampai bawah. Apakah aku terlihat seperti gembel sekarang?
“ ah, sama sepertimu, aku juga kabur dari rumah, karena papa ku tidak mau membelikan ku mobil untuk hari ultah ku” ucapku sambil tertunduk lemah.
“ lho? Kok nggak di beliin mobil aja sampai kabur?” tanyanya bingung. Aku pun menceritakan kejadiannya kenapa aku ingin papa ku membelikan ku mobil.
“ haha. Dasar, makanya, jangan membuat janji dulu jika belum tentu kau bisa menepatinya.” dia tertawa sambil mengacak rambutku pelan.
“ heiii!!” seruku tak terima karena perlakuannya.
“ hahaha, jangan ngambek” tawa nya benar-benar bisa membuat ku tenang sampai aku lupa akan pertengkaranku di rumah tadi. Tapi, tetap saja aku kedinginan, seandainya aku membawa jaket. Tiba-tiba, ia memakaikan ku jaket nya. Hah? Apa dia bisa membaca pikiranku?
“ k..kenapa?” tanyaku karena masih bingung
“ lebih baik, kau pulang. Kasian orangtua mu. Nanti mereka khawatir. Dan kelihatannya kau juga sudah kedinginan. Tubuh mu saja sampai menggigil. Makanya lain kali kalau mau kabur, jangan lupa bawa jaket” ucap nya kali ini dengan senyuman meledek. Huh.
“ hei!, kau sendiri, kabur dari rumah. Bagaimana kalau orangtua mu khawatir? Dasar, ngomongin diri sendiri. Haha” kata ku sambil mentertawainya. “hmm, tapi makasih jaket nya” aku tersenyum
“ haha, oke bocil, ayo kita pulang. Rumah mu dimana? Biar aku antar” ucap nya sambil berdiri dari posisi duduknya
“ ah, nggak perlu kok. Aku bisa pulang sendiri.” Kata ku sambil berdiri. “ apa? Bocil? Aku udah besar tau!!” kata ku yang baru ngeh kata-kata lelaki itu.
“ hahaha. Buktinya aku lebih tinggi. Udah lah. Nggak baik kalau bocil pulang sendirian malam-malam.” Ucap nya sambil melihat arloji yang ada di tangan nya. “ apa lagi sekarang udah jam 9.37”
Ucapan terakhirnya itu sontak membuatku kaget. Tak menyangka kalau aku bisa begitu lama mengobrol dengan pemuda yang baru kutemui ini. “ baik lah” ujar ku pasrah.
“ nah, gitu dong” ucap nya sambil mengacak rambutku pelan.
“ kalau saja aku lebih tinggi, pasti udah ku acak-acak rambut mu” candaku.
“ hahaha. Coba aja kalau bisa” ujarnya sambil menjulurkan lidahnya meledekku. “ oh iya, kata nya udah mau ultah, emang kapan ultah nya?
“lusa” jawab ku singkat
Sepanjang perjalanan pulang kerumahku, kami terus mengobrol sambil terkadang diselangi beberapa candaan, dan aku juga sudah terbiasa disebut bocil olehnya dan sikap nya yang suka mengacak rambutku, juga senyumannya yang mempesona itu. Sesampainya dirumah, aku langsung berjalan cepat ke arah kamarku. Sampai tiba-tiba suara yang sangat ku kenal menghentikan langkah ku.
“ Cathy. Kemana saja kau?” bentak papa ku.
“ bukan urusan papa!” ucap ku sambil masuk dan membanting pintu kamar ku.
“ sudah lah sayang.” Ku dengar suara mama ku yang berusaha menenangkan papa
Mereka pun lalu bertengkar. Aku bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka perdebatkan. Ya, apa lagi kalau bukan tentang aku. Tiba-tiba ku dengar suara teriakan. Ya, itu suara mama ku.
“ sayang.. sayang…” teriakan mama ku diiringi suara tangis histeris nya yang mulai pecah.
Aku pun keluar dari kamarku dan menemukan papa ku sudah tidak sadarkan diri
Tbc...